Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Tiga kopi buhun hasil penelusuran tanaman kopi yang selamat dari serangan penyakit yang memusnahkan perkebunan kopi di Jawa Barat tahun 1922 tengah menjalani uji DNA. “Skor uji cita rasanya sudah masuk dalam kelas ‘Special Tea Coffe” kalau 80, tapi tiga ini sudah 85. Sekarang kita kerjakan uji DNA dan kita harapkan 2016 selesai,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat Arief Santosa disela penyerahan simbolis 2 juta bibit kopi Java Preanger oleh Gubernur Ahmad Heryawan di Gedung Sate, Bandung, Kamis, 31 Desember 2015.
Tiga kopi itu terpilih dari delapan kandidat hasil penelusuran kopi buhun, yakni kopi yang diduga tanaman yang selamat dari perkebunan kopi yang dikembangkan sejak zaman Belanda di Jawa Barat. Arief mengatakan, jika lolos uji klinis lewat tes DNA itu tiga kopi tersebut bisa diusulkan pada Kementerian Pertanian untuk untuk mendapat penamaan sebagai varietas baru. “Tujuannya menjadikan tiga itu kopi khas milik Jawa Barat,” kata Arief.
Arief merinci tiga kopi buhun yang semuanya merupakan tanaman kopi jenis arabika. Pertama Kopi Kuning milik Yoyo Arifin dari Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Garut. Hasil uji cita rasanya mendapat skor 85,375 dengan rasa spicy, caramelly, serta honeyed.
Lalu Kopi Buhun Pucuk Hijau dengan skor 85,250 memiliki rasa floral, flowery, bright, acidity, dan spicy serta Kopi Buhun Pucuk Coklat dengan skor 85,375 dengan rasa spicy, nutty, astrigent, dan aftertaste. Kedua kopi ini ada di perkebunan milik Engkos Sukarya di Desa Pangadegan, Kecamatan Rancakalong, Sumedang.
Menurut Arief, sebelas kopi yang sudah mengantungi sertifikasi indikasi geografis sebagai kopi Java Preanger juga skor uji cita rasanya sudah di atas 80. Namun, tiga kopi buhun ini sengaja dipilih karena memiliki cita rasa unik serta yang paling potensial diusulkan menjadi varietas khusus khas Jawa Barat.
Arief mengatakan, sejumlah daerah di Indonesia sudah memiliki “kopi buhun” masing-masing. Diantaranya Jawa Timur dengan Kopi Ijen, lalu Bali memiliki Kopi Kintamani. “Itu disebut ‘special tea coffee’ yang punya kekhasan tersendiri,” kata dia. Hingga saat ini, Jawa Barat belum memiliki kopi khasnya yang sudah dilegalisasi sebagi “special tea coffe” yang “singgle origin”.
Menurut Arief, jika sudah mengantungi surat legal sebagai varietas baru, tiga kopi itu akan dikembangkan masal. “Nanti kami kembangkan masal sebagai kopi buhun khas Jawa Barat,” kata dia.
Arief mengatakan, pemerintah provinsi juga tengah menyiapkan kopi robusta khas Jawa Barat. Saat ini mayoritas perkebunan kopi yang mendominasi kopi jenis arabica yang tumbuh di lahan dengan ketinggain di atas 700 meter di atas permukaan laut. Kopi jenis robusta sengaja disiapkan karena permintaan benihnya juga banyak.
Dia mencontohkan, perkebunan kopi di dataran rendah di Jawa Barat seperi di Ciamis hingga Pangandaran menggunakan tanaman kopi jenis robustas. “Saat ini sedang uji klinis, dan akan dikembangkan dengan teknik kultur jaringan. Sehingga dalam waktu dekat bisa menjadi salah satu kopi unggulan Jawa Barat,”kata Arief.
AHMAD FIKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini