Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wisanggeni, sapi kurban milik Irfan Hakim di akhir hidupnya menyadari dirinya berguna bagi makhluk lain. Hal ini diketahui dari curhatannya dengan Rajanti Fitriani dan Garet, dokter hewan yang mampu mendengar curhatan hewan melalui teknik mind powering. Teknik bersertifikasi ini memungkinkan seseorang bisa mendengar perasaan hewan-hewan dengan memanfaatkan gelombang alfa hewan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Irfan Hakim, ia melihat keanehan ketika komunikasi antara Rajanti, Garet dan sapi itu terjalin. Wisanggeni tertidur. Menurut Rajanti, Wisanggeni terjebak dengan gelombang alfa yang digunakannya bersama Garet. "Sehingga sapinya rileks dan ketiduran," katanya dalam tayangan di kanal Youtube Irfan Hakim pada Sabtu, 9 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Irfan mengakui kesulitan untuk mendekati Wisanggeni. Hal ini berbeda saat ia bertemu dengan Grandong, sapi kurbannya tahun lalu. "Setiap aku ajak ngobrol dia menjawab dengan gerakan. Dengan Wisanggeni kayak dia agak trauma," katanya.
Hal ini dijawab oleh Garet. "Awalnya dia itu kayak bukan siapa-siapa, dia hanya ada karena disuruh-suruh dipekerjakan layaknya dia sebagai seekor sapi," tuturnya. "Karakternya, dia itu tenang, tapi lama-lama dia pikir, 'Oh saya ternyata berguna sama makhluk lain, walaupun saya seekor sapi,' dulunya dia itu kayaknya kecil ya," kata Garet.
Irfan Hakim bersama Wisanggeni, sapi kurban miliknya yang dinobatkan sebagai sapi terberat di Indonesia. (Instagram/@irfanhakim75)
Perubahan perasaannya dari bukan siapa-siapa menjadi merasa berguna itu setelah dia menjadi sapi pekerja, dengan pekerjaannya membajak sawah. Ia semakin merasa berguna setelah digemukkan dan diikutkan dalam kompetisi.
Menurut Garet, Wisanggeni mengetahui bahwa ia akan dikurbankan. "Dan dia makin bersyukur, dan mungkin Kak Irfan kayaknya sudah memberitahu dia ya. Sorry tadi saya agak nangis karena dia bilang, "Ya kalau memang seperti itu dan saya bisa berguna, kenapa enggak?' Jadi kayak menerima takdirnya dan dia berasa seperti kegunaannya makin meningkat, berasa derajatnya naik," kata Garet.
Hal ini diakui Irfan Hakim. Menurut Irfan, ia memberitahu Wisanggeni makna dikurbankan. "Aku bilang sama dia, 'Teman-teman kamu karena kamu termasuk hewan ternak, berakhir dikonsumsi manusia. Bedanya sama kamu, kamu itu dikurbankan, derajat hewannya tertinggi,' aku cerita ke dia seperti itu," ujarnya.
Keterangan Irfan Hakim ini ditimpali Rajanti. "Karakternya itu bijak banget. Berarti apa yang dikatakan Kak Irfan itu diserap sama dia. Waktu saya tanya pun dia bilang, 'Umurku kan tinggal beberapa hari lagi ya karena aku akan dikurbankan. Derajatku lebih tinggi dari sapi lain yang cuma dipotong, dikonsumsi, sudah'," kata Rajanti setelah berkomunikasi dengan Wisanggeni.
Irfan Hakim berencana menyembelih Wisanggeni sebagai hewan kurban pada besok, Senin, 11 Juli 2022. Ia membuat video perpisahan dengan Wisanggeni. Di video yang baru saja diunggahnya itu, Irfan kembali berkata kepada Wisanggeni bahwa derajat dia sebagai sapi lebih tinggi karena dikurbankan.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.