Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Museum bukan hanya tempat untuk mempelajari sejarah atau detail ilmu tertentu. Di museum yang satu ini, pengunjung bisa belajar tentang keberagaman budaya Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, pengunjung dapat mengetahui kalau sejak dulu pendidikan adalah hak setiap orang, terlepas dari asal usul, agama, atau suku bangsanya. "Museum ini menunjukkan siapa pun, tanpa peduli suku, berhak mendapatkan pendidikan," kata Ira Lathief, pemandu sekaligus pendiri Wisata Kreatif Jakarta, di acara Festival Agama untuk Perdamaian, Sabtu 23 Maret 2019.
Warga mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional (eks Gedung Stovia) Jakarta, 20 Mei 2018. Gedung yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda ini kini berubah menjadi museum untuk belajar sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia yang diperingati setiap tanggal 20 Mei. TEMPO/Muhammad Hidayat
Festival yang diadakan oleh Indonesian Conference on Religion and Peace atau ICRP ini mengajak pengunjung museum untuk berdiskusi tentang perdamaian, Pancasila, agama, hoaks, dan belajar keanekaragaman suku bangsa Indonesia dengan cara berkeliling museum. Peserta yang mengikuti keliling museum diajak menyambangi ruang pengenalan, ruang perlawanan fisik, ruang politik etis, dan ruang kelas STOVIA.
Pengunjung tampak antusias saat berada di ruang kelas STOVIA atau School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen. Ruang tersebut begitu diminati karena ada replika suasana kelas pada masa lampu. Para pelajar yang digambarkan melalui patung memakai busana tradisional dari daerah masing-masing. "Mereka melihat gambaran siswa dahulu memakai pakaian tradisional, blankon. Kalau sekarang kan pakaian seragam," tutur Ira.