Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Kamis, 28 Oktober 2023, mencabut pernyataan yang dibuat oleh juru bicara IRGC mengenai motif di balik serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, menyusul perselisihan yang jarang terjadi antara kelompok Palestina dan pendukung utamanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara IRGC Ramezan Sharif mengklaim pada Rabu bahwa serangan 7 Oktober adalah “salah satu tindakan balas dendam atas pembunuhan Jenderal Soleimani.” Hamas segera membantah hal ini, dengan mengatakan bahwa semua tindakannya adalah “sebagai respons terhadap kehadiran pendudukan dan agresi yang terus berlanjut terhadap rakyat dan kesucian kami.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbicara pada prosesi pemakaman SEED Razi Mousavi di Teheran, seorang komandan senior Iran yang terbunuh di Suriah, komandan utama IRGC Hossein Salami mengatakan bahwa serangan 7 Oktober – yang dijuluki “Banjir Al Aqsa” – direncanakan dan dilaksanakan secara independen oleh Palestina, tanpa keterlibatan pihak non-Palestina.
Salami berkata: “Karena juru bicara IRGC kemarin mengatakan bahwa operasi Banjir Al Aqsa adalah balas dendam atas [pembunuhan Soleimani], saya ingin mengklarifikasi bahwa kedua masalah ini berbeda. Banjir Al Aqsa tidak bergantung pada upaya kami untuk membalas darah [Soleimani].”
Soleimani, yang selama lebih dari dua dekade memimpin Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC, tewas dalam serangan udara AS di Irak pada Januari 2020. Teheran secara konsisten berjanji untuk membalas kematiannya.
Iran, sumber utama dukungan finansial dan militer bagi Hamas, memuji serangan 7 Oktober tersebut namun menyangkal keterlibatannya dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut.
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober. Para pejabat Israel mengatakan serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 240 orang disandera.
Menurut otoritas kesehatan di Gaza, serangan udara dan darat Israel telah menewaskan lebih dari 21.000 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Salami mengatakan pembunuhan Mousavi oleh Israel di Suriah disebabkan oleh “ketidakmampuan” Israel.
Garda Revolusi Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa Mousavi terbunuh dalam “serangan rudal” Israel. Presiden Iran Ebrahim Raisi mengeluarkan pesan pada hari yang sama, memperingatkan bahwa Israel “pasti akan membayar kejahatan ini.”
Salami mengatakan balas dendam Mousavi “tidak lain hanyalah kehancuran rezim Zionis (Israel).”
Sebelumnya pada Kamis, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei bertemu dengan keluarga Mousavi dan memimpin doa untuk jenazahn
Mousavi bertugas memberikan “dukungan logistik kepada Poros Perlawanan di Suriah,” kata pernyataan IRGC, mengacu pada jaringan kelompok militan regional yang didukung oleh Iran. Dia juga merupakan “pendamping” Soleimani, tambahnya.
Kantor berita Iran, IRNA, menggambarkan Mousavi sebagai salah satu penasihat Pasukan Quds yang paling berpengalaman. Dia disebut terbunuh dalam serangan Israel di Sayyida Zeinab di selatan Damaskus.
Panglima militer Israel, ketika ditanya pada Selasa tentang kematian Mousavi, menolak berkomentar tetapi mengatakan pasukan Israel bekerja di seluruh wilayah.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah melakukan ratusan serangan udara terhadap kelompok yang didukung Iran dan pasukan militer Suriah di wilayah Suriah.
Iran, sekutu setia Presiden Bashar al Assad, telah memainkan peran penting dalam konflik Suriah sejak awal tahun 2011, mengirimkan ribuan pejuang Iran dan asing untuk mendukung rezim Suriah.
AL ARABIYA