Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Havana yang membawahi Haiti mengimbau pada tujuh WNI yang tinggal di Haiti agar waspada. Pasalnya, situasi di ibu kota Haiti, Port au Prince, sedang memanas sejak konflik geng kriminal meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Saat ini, geng kriminal bersenjata telah menguasai 80 persen wilayah ibukota Port-au-Prince,” kata Duta Besar RI di Havana, Nana Yuliana dalam keterangan pers Senin, 4 Maret 2024.
Pemerintah de facto Haiti mengumumkan keadaan darurat 72 jam dan memberlakukan jam malam mulai Senin setelah orang-orang bersenjata membebaskan ribuan orang dari penjara dan seorang pemimpin geng menyerukan pemecatan Perdana Menteri Ariel Henry.
Menurut KBRI, Perdana Menteri Henry bertolak ke Kenya pada 29 Februari 2024 untuk membahas kerja sama keamanan dan pasukan yang akan dikirim dengan tujuan menegakkan kondisi keamanan di Haiti di bawah pasukan PBB.
Sementara, serangan geng kriminal bersenjata terhadap Penjara Nasional Port-au-Prince telah berlangsung sejak sehari sebelumnya pada 28 Februari 2024. Geng kriminal melakukan pengepungan penjara, menyebabkan sekitar 12 orang tewas dan 4 ribu narapidana, yang sebagian merupakan anggota geng — melarikan diri.
KBRI dalam keterangan menjelaskan Geng kriminal tersebut menembaki Bandara Port-au-Prince dengan senjata berat. Otoritas bandara melaporkan mereka melihat tembakan di dekat bandara pada Senin siang, 4 Maret 2024. Akibatnya, terjadi penutupan bandara, kantor pemerintah, sekolah dan pertokoan di ibu kota tersebut, sementara sebagian warga mengungsi ke daerah aman di luar ibu kota.
Di tengah situasi itu, KBRI di Havana meyakinkan pihaknya terus berkomunikasi dengan WNI di Haiti yang jumlahnya tujun orang di Port au Prince. Diketahui, tujuh WNI itu bekerja sebagai terapis spa. KBRI mengimbau mereka untuk tetap berada di rumah.
“Sampai saat ini, mereka (WNI) dalam keadaan aman dan tempat mereka bekerja jauh dari wilayah konflik,” demikian keterangan KBRI Havana.
Ke-7 WNI itu, juga diimbau untuk menghindari daerah konflik serta menghubungi hotline KBRI “jika terjadi hal-hal yang membahayakan”.
Pemerintah Indonesia menyarankan evakuasi lewat darat ke negara tetangga, Republik Dominikana. Butuh waktu sekitar satu jam untuk menempuh jarak 63 kilometer menuju perbatasan Haiti dan Republik Dominikana. KBRI pun mendorong para WNI untuk keluar dari Haiti dan mencari pekerjaan di negara Karibia lainnya yang lebih aman.
REUTERS
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini