Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Inggris mulai mengkaji pelonggaran lockdown COVID-19 pekan ini. Hal tersebut menimbang mulusnya program vaksinasi yang telah dilakukan. Walau begitu, pemerintah Inggris menegaskan bahwa pelonggaran akan tetap mempertimbangkan angka kematian, pertumbuhan kasus, dan ketersediaan tempat di rumah sakit.
"Kami harus melihat datanya dulu. Kami tahu semua ingin segera keluar dari lockdown sesegera mungkin. Namun, kecepatan dan keamanan itu sama-sama penting," ujar Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 15 Februari 2021.
Selain merencanakan pelonggaran lockdown, Inggris juga mengkaji kemungkinan memperbolehkan warga yang telah divaksin untuk berpergian ke luar negeri. Hal tersebut untuk memastikan mereka yang jasanya dibutuhkan di luar negeri bisa berpergian dengan lebih leluasa.
Untuk mewujudkan hal itu, Hancock menyatakan Inggris sudah melakukan pembicaraan dengan berbagai negara untuk mendapat izin. Selain itu, kata ia, Inggris juga menimbang pembuatan tanda bukti telah divaksinasi bagi warganya.
Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 4 juta kasus dan 117 ribu kematian akibat COVID-19. Untuk menekannya, Inggris telah menjalankan kampanye vaksinasi COVID-19 serta mewajibkan pendatang dari negara "daftar merah" untuk mengisolasi diri di hotel khusus karantina.
Perihal vaksinasi COVID-19, kurang lebih ada 15 juta warga Inggris yang sudah melakukannya. Hal itu baru menghitung mereka yang sudah menerima dosis pertama saja. Jumlah warga yang sudah menerima dosis kedua lebih sedikit, sebanyak 537 ribu.
Baca juga: Inggris Wajibkan Pendatang dari Negara Varian Baru COVID-19 Bayar Karantina
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini