Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Ini Alasan Kardinal Prevost Terpilih sebagai Paus Leo XIV

Paus Leo XIV dipandang sebagai sekutu dekat Paus Fransiskus baik dalam pandangan pribadi maupun filosofi, tetapi lebih moderat.

12 Mei 2025 | 08.00 WIB

Paus Leo XIV. Dok. Vatican Media
Perbesar
Paus Leo XIV. Dok. Vatican Media

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

KERAHASIAAN Vatikan yang biasanya tertutup mulai terkuak, mengungkapkan bagaimana 133 kardinal dari seluruh dunia secara tak terduga bersatu di belakang Robert Francis Prevost, seorang pastor kelahiran Chicago yang kini menjadi Paus Leo XIV, Axios melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Terpilihnya Prevost dibentuk oleh beberapa faktor: ia dianggap sebagai "orang Amerika yang paling tidak Amerika" di antara para kardinal AS, pengikut setia Paus Fransiskus tetapi bukan sekadar replika, dan secara luas dihormati karena kemampuannya mendengarkan dengan penuh perhatian dan keterampilan administratifnya yang tenang. Rekan-rekan sesama kardinal berbagi wawasan ini selama konferensi pers pada Jumat, 9 Mei 2025.

Kandidat Amerika yang Tak Diunggulkan

Sebelum konklaf, Prevost hampir tidak pernah disebut-sebut dalam liputan media dan tidak diunggulkan dalam bursa taruhan. Namun, di antara para kardinal, ia memicu keingintahuan yang signifikan pada hari-hari menjelang konklaf. Timothy Dolan, Uskup Agung New York, ingat bahwa ia terkejut dengan banyaknya kardinal yang bertanya kepadanya apakah ia mengenal Prevost. Dolan sendiri mengaku tidak tahu banyak tentang Prevost, yang menghabiskan sebagian besar masa dewasanya di luar AS, terutama sebagai misionaris dan uskup di Peru, di mana ia juga memperoleh kewarganegaraan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prevost bahkan tidak ada dalam foto para kardinal Amerika yang diambil sebelum konklaf. Secara historis, banyak yang percaya bahwa seorang paus dari Amerika tidak mungkin menjadi paus karena keunggulan geopolitik AS. Namun, Robert McElroy, Uskup Agung Washington, mencatat bahwa identitas Amerika Prevost "hampir diabaikan" dalam diskusi konklaf.

Pengganti Fransiskus dengan Sikap Sendiri

Meskipun Prevost baru menjadi kardinal pada 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya dengan cepat menjadi kardinal-uskup, salah satu pangkat tertinggi dalam Gereja. Dia dipandang sejalan dengan Fransiskus baik secara pribadi maupun filosofis, tetapi dengan temperamen yang lebih moderat dan pendekatan yang tidak terlalu berapi-api dalam beberapa masalah. Keseimbangan ini membuatnya menjadi kandidat yang dapat melanjutkan warisan Fransiskus tanpa menjadi tiruan langsung, menarik bagi para kardinal yang memiliki keraguan tentang paus sebelumnya.

McElroy merangkum sentimen di antara para pemilih: mereka menginginkan seseorang yang akan mengikuti jejak Francis, tetapi tidak meniru persis seperti dirinya.

Pemimpin yang Terampil dan Pendengar yang Efektif

Fransiskus menunjuk Prevost untuk memimpin departemen Kuria yang berpengaruh dan bertanggung jawab atas pengangkatan uskup, yang mempertemukannya dengan para pemimpin gereja senior yang kemudian mendukung kepausannya. Dolan mencatat bahwa salah satu hal pertama yang ia pelajari tentang Prevost adalah kemampuannya untuk "menyelenggarakan rapat yang hebat," sebuah keterampilan yang tidak dimiliki oleh semua orang.

Beberapa kardinal memuji kemampuan mendengarkan dan efektivitas administrasi Prevost. Kardinal Wilton Gregory merefleksikan bahwa Prevost tidak menyampaikan pidato yang dramatis untuk mempengaruhi konklaf, tetapi terlibat secara bermakna dalam diskusi kelompok yang lebih kecil, yang terbukti berpengaruh.

Langkah Cepat Menuju Konsensus

Meskipun konklaf tetap merahasiakan proses internal, jelas bahwa Prevost mendapatkan momentum yang kuat selama putaran pemungutan suara hari kedua. McElroy menggambarkan "gerakan besar" dalam konklaf yang tampaknya hampir secara ilahi dipandu menuju konsensus, yang pada awalnya ia pikir akan memakan waktu lebih lama.

Kemunculan asap putih yang cepat membuat beberapa orang berspekulasi bahwa Pietro Parolin, wakil Francis dan favorit taruhan, telah menang. Namun, media Italia menyatakan bahwa Parolin, meskipun pada awalnya memimpin, mengundurkan diri ketika terlihat jelas bahwa ia tidak dapat mengamankan dua pertiga mayoritas yang dibutuhkan.

Faktor-faktor Kunci Terpilihnya Leo XIV

Dolan, yang duduk di belakang Prevost selama penghitungan suara, menyaksikan saat nama Prevost berulang kali disebut dan dengan tenang menundukkan kepalanya. Ketika Prevost mencapai 89 suara yang diperlukan, Kapel Sistina meledak dalam tepuk tangan.

Mengikuti tradisi, Parolin, sebagai pemilih kardinal senior, bertanya kepada Prevost apakah ia menerima kepausan. Prevost menjawab dengan sederhana, "Terima." Ketika ditanya nama apa yang ingin ia gunakan, ia berhenti sejenak sebelum memilih "Leo."

Berikut faktor-faktor kunci terpilihnya Robert Prevost terpilih sebagai Paus Leo XIV:

  • Profilnya sebagai kandidat kontinuitas dengan temperamen moderat: Prevost dipandang sebagai sekutu dekat Paus Fransiskus baik dalam pandangan pribadi maupun filosofi, tetapi lebih moderat dan tidak terlalu berapi-api. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang dapat diterima oleh para kardinal yang ingin melanjutkan jejak Fransiskus tanpa memilih seorang pengganti langsung.
  • Kepemimpinannya yang efektif dan keterampilan administratif: Prevost dikenal karena kemampuannya untuk memimpin rapat dengan baik, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan mengelola urusan gereja secara efisien. Sebagai kepala departemen Vatikan yang bertanggung jawab untuk mengangkat uskup, ia mendapatkan rasa hormat di antara para tokoh gereja senior, yang membantu membangun dukungan dalam konklaf.
  • Latar belakang misionaris dan pengalaman globalnya: Setelah menghabiskan lebih dari dua dekade sebagai misionaris dan uskup di Peru, Prevost membawa pengalaman pastoral akar rumput dan wawasan tentang kebutuhan Global South, sebuah wilayah yang semakin penting bagi Gereja. Pengalaman internasional ini kemungkinan besar memperluas daya tariknya lebih dari sekadar sebagai orang Amerika.
  • Pencalonannya yang relatif tak menonjol dan mengejutkan: Prevost pada awalnya merupakan kandidat "siluman", tidak banyak disukai oleh media atau pasar taruhan, yang mungkin menguntungkannya dengan memungkinkan para kardinal untuk mempertimbangkannya tanpa prasangka.
  • Keinginan konklaf untuk persatuan dan konsensus: Momentum bergeser dengan kuat mendukung Prevost selama hari kedua pemungutan suara, dengan para kardinal mencari kandidat yang dapat menyatukan Gereja di tengah ketidakstabilan geopolitik dan perpecahan internal. Terpilihnya Prevost setelah hanya empat surat suara mencerminkan konsensus yang cepat yang didorong oleh apa yang digambarkan oleh beberapa orang sebagai "rahmat Tuhan".
  • Kewarganegaraan Amerika Serikatnya ternyata tidak terlalu penting: Meskipun ia adalah paus Amerika pertama, kewarganegaraannya bukanlah faktor utama dalam musyawarah konklaf, sebagian karena AS telah menjadi negara adidaya secara geopolitik dan sebagian lagi karena identitas Prevost lebih banyak dibentuk oleh pekerjaan misionarisnya di luar negeri.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus