Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ini Alasan Pejabat Militer Israel Ingin Gencatan Senjata

Banyaknya korban jiwa dan prospek militer yang suram mendorong para pejabat militer minta Netanyahu pertimbangkan gencatan senjata.

5 November 2024 | 04.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Media Israel melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan Kepala Staf Israel, Herzi Halevi, meningkatkan tekanan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyepakati gencatan senjata di Gaza dan Lebanon karena banyaknya korban jiwa dari pihak Israel, jaringan berita Lebanon Al-Mayadeen mengatakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Al-Mayadeen mengutip surat kabar Israel, The Jerusalem Post, yang mengatakan bahwa tentara pendudukan Israel sedang berusaha untuk melakukan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, mengingat tingginya jumlah korban di jajaran tentara Israel, karena perlawanan yang kuat di kedua belah pihak dan suramnya prospek untuk meraih kemenangan secara militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut laporan The Jerusalem Post, Gallant dan Halevi juga telah mendesak perdana menteri Israel untuk mengupayakan kesepakatan untuk mengamankan kembalinya 101 tawanan Israel, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, dari Jalur Gaza.  

“Waktu sangat penting untuk mengembalikan para sandera, yang menurut sebagian besar pejabat hanya akan terjadi, jika memang ada, melalui kesepakatan dengan Hamas,” surat kabar Israel tersebut mengutip pernyataan Gallant dan Halevi dalam sebuah upacara kelulusan perwira pada tanggal 31 Oktober.

Perkembangan yang terjadi ini bertepatan dengan konfirmasi Radio Angkatan Darat Israel bahwa 87 warga Israel terbunuh pada bulan Oktober, 64 di antaranya adalah perwira, tentara dan petugas keamanan dan sisanya adalah pemukim ilegal.

Tanpa Strategi

Mengenai topik kerugian Israel, Pakar Keamanan dan Kolonel Cadangan di militer Israel, Kobi Marom mengakui kepada Channel 12 Israel bahwa Tel Aviv, meskipun bertempur di tujuh medan, tidak memiliki strategi militer yang solid dan mekanisme yang jelas untuk resolusi, Al-Mayadeen melaporkan.

“Israel menghadapi pertempuran yang menantang di Lebanon, yang ditandai dengan aktivitas pesawat tak berawak dan rentetan rudal,” kata Marom kepada saluran televisi Israel tersebut.

Dia menambahkan: “Tidak ada keraguan bahwa ada operasi yang terkoordinasi dengan baik dan canggih untuk menantang sistem kami.”

Kolonel cadangan itu mengatakan kepada Channel 12 bahwa “sistem komando dan kontrol Hizbullah sedang ditingkatkan, bersama dengan formasi tembakannya,” dan menekankan bahwa hal ini terjadi “di tengah-tengah evakuasi unit-unit permukiman dan gangguan kegiatan komersial.”

Perang di Lebanon

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pada 7 Oktober 2023, gerakan Hizbullah Lebanon telah terlibat secara langsung, tetapi relatif terbatas dalam perang melawan pendudukan Israel.

Israel meningkatkan agresinya dengan serangan teror siber pada 17 dan 18 September, yang merenggut nyawa setidaknya 37 orang termasuk anak-anak, dan melukai sekitar 3.000 orang lainnya.

Hal ini terjadi bersamaan dengan serangkaian pembunuhan terhadap para pemimpin Hizbullah, termasuk Sekretaris Jenderal partai perlawanan Hassan Nasrallah pada 27 September.

Perkembangan ini bertepatan dengan pengeboman dan serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh tentara Israel di berbagai kota di seluruh Lebanon, terutama di selatan, Bekaa dan distrik selatan Beirut.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan pada tanggal 4 November bahwa 2.986 warga Lebanon terbunuh dan 13.402 lainnya luka-luka sejak awal agresi Israel ke Lebanon.

Komite Darurat Pemerintah Lebanon mengumumkan pada tanggal 29 Oktober bahwa jumlah tempat penampungan telah mencapai 1.100 pusat penampungan dengan kapasitas maksimum.

Kepala komite, Menteri Lingkungan Hidup Nasser Yassin mengungkapkan bahwa jumlah total pengungsi melebihi 1,2 juta orang.

Menurut komite tersebut, 355.910 warga Suriah dan 167.295 warga Lebanon telah menyeberang ke Suriah sejak 23 September hingga 29 Oktober.

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus