Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yerusalem - Lembaga pemantau hak asasi manusia sudah sering mengecam tindakan penganiayaan dan penyiksaan terhadap anak-anak Palestina yang dilakukan Israel selama penangkapan dan interogasi.
"Interogasi melibatkan (tahanan) diikat dalam posisi yang menyakitkan, ditendang dan ditampar, dan kurang tidur," kata Sahar Francis, Direktur kelompok pembela hak-hak tahanan Addameer.
Seperti dilansir dari laman Aljazeera, jumlah anak-anak Palestina yang ditahan oleh Israel telah meningkat dua kali lipat. Ini terjadi sebagai akibat dari kerusuhan dan baru dibukanya penjara remaja di Givot.
Menurut Addameer, setidaknya 876 warga Palestina, termasuk 133 anak-anak, telah ditangkap di tepi barat dan di Jerusalem Timur sejak 1 Oktober 2015.
Pusat Informasi Wadi Hilweh di Silwan mendata ada 60 anak ditangkap di Yerusalem selama kerusuhan dua pekan pada Oktober lalu.
Laporan terbaru menyebutkan, Pengadilan Distrik Yerusalem telah mendakwa Ahmed Manasra atas tuduhan percobaan pembunuhan pada 30 Oktober 2015, menyusul serangan terhadap dua warga Israel pada 12 Oktober di pemukiman ilegal Pisgat Ze'ev.
Interogasi atas Ahmed juga sempat tertangkap kamera, November lalu. Polisi Israel mengucapkan kata-kata yang melecehkan Manasra, memaksa dia untuk mengaku mencoba membunuh orang-orang Yahudi dan membantu musuh pada saat perang.
Beberapa petugas polisi Israel terlihat berteriak pada Ahmed untuk menyatakan dia sebagai pelaku kejahatan. Ahmed menangis, memukul kepalanya sendiri, dan mengulang kata-kata "saya tidak ingat".
AL JAZEERA | MECHOS DE LAROCHA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini