Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Persenjataan Amerika Serikat senilai miliaran dolar masih tersedia untuk Israel, meskipun ada penundaan satu pengiriman bom dan peninjauan pengiriman bom lainnya oleh pemerintahan Presiden Joe Biden. Langkah ini dilakukan karena khawatir penggunaannya dalam serangan terutama ke Rafah di selatan Gaza, dapat menimbulkan lebih banyak kehancuran pada warga sipil Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berbagai macam peralatan militer lainnya akan dikirim ke Israel, termasuk amunisi serangan langsung gabungan (JDAMS) yang mengubah bom bodoh menjadi senjata presisi; serta peluru tank, mortir, dan kendaraan taktis lapis baja, kata Senator Jim Risch, petinggi Partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, kepada wartawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Risch mengatakan amunisi tersebut tidak melalui proses persetujuan secepat yang seharusnya, mengingat beberapa telah dikerjakan sejak Desember, sementara bantuan untuk Israel biasanya melalui proses peninjauan dalam beberapa minggu.
Seorang pejabat senior AS mengatakan pekan ini bahwa pemerintah telah meninjau pengiriman senjata yang mungkin digunakan Israel untuk invasi besar-besaran ke Rafah, sebuah kota di Gaza selatan di mana lebih dari 1 juta warga sipil mencari perlindungan. Peninjauan ini menghasilkan penghentian pengiriman bom ke Israel.
Kendati demikian, juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Israel masih mendapatkan senjata yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri. “Dia (Biden) akan terus memberikan Israel kemampuan yang dibutuhkannya, semuanya,” kata Kirby.
Washington telah lama mendesak pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak menyerang Rafah tanpa perlindungan bagi warga sipil, tujuh bulan setelah perang yang telah menghancurkan Gaza.
Para staf Kongres AS memperkirakan nilai pengiriman bom yang tertunda itu mencapai “puluhan juta” dolar AS.
Pejabat pemerintahan Biden mengatakan mereka sedang meninjau penjualan senjata tambahan, dan Biden memperingatkan Israel dalam wawancara CNN pada Rabu bahwa AS akan berhenti memasok senjata jika pasukan Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah.
Serangan Israel terhadap Gaza dipicu oleh serangan pada 7 Oktober oleh militan Hamas, yang menurut perhitungan mereka menewaskan 1.139 orang. Pengeboman balasan Israel sejak itu telah menewaskan sekitar 35.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan setempat, dan membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.
Secara terpisah, Perwakilan Gregory Meeks, petinggi Partai Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat, telah menunda paket transfer senjata senilai US$18 miliar untuk Israel. Paket ini mencakup lusinan pesawat Boeing Co. F-15, sementara dia menunggu informasi lebih lanjut mengenai cara Israel akan menggunakannya.
Dukungan Biden terhadap Israel dalam perangnya melawan Hamas telah menjadi beban politik bagi presiden tersebut, khususnya di kalangan pemuda Demokrat. Apalagi saat ia mencalonkan diri kembali pada pemilu presiden tahun ini.
Dukungan Biden turut memicu gelombang protes “tanpa komitmen” pada pemilihan pendahuluan dan telah mendorong protes pro-Palestina di universitas-universitas AS.
Tak satu pun dari perjanjian senjata tersebut merupakan bagian dari paket pengeluaran yang ditandatangani Biden bulan lalu yang mencakup sekitar US$26 miliar untuk mendukung Israel dan memberikan bantuan kemanusiaan.
Risch dan Meeks adalah dua dari empat anggota parlemen AS – ketua dan anggota senior Hubungan Luar Negeri Senat dan ketua dan anggota senior di DPR – yang meninjau kesepakatan senjata luar negeri yang besar.
Bertarung Sekuat Tenaga
Netanyahu mengeluarkan pernyataan video pada Kamis yang mengatakan bahwa Israel “akan bertarung dengan sekuat tenaga” sebagai penolakan terhadap penundaan senjata oleh Biden.
Partai Republik menuduh Biden mengingkari komitmennya terhadap Israel. “Jika Panglima Tertinggi tidak dapat mengumpulkan keberanian politik untuk melawan kelompok radikal di sayap kirinya dan membela sekutu yang berperang, konsekuensinya akan sangat buruk,” kata pemimpin Partai Republik di Senat, Mitch McConnell, dalam pidatonya di Senat.
Sepuluh anggota Senat Partai Republik lainnya mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan resolusi tidak mengikat yang mengutuk “tindakan apa pun yang dilakukan Pemerintahan Biden untuk menahan atau membatasi senjata untuk Israel.”
Beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat menyambut baik tindakan Biden.
Senator Chris Murphy, ketua subkomite Hubungan Luar Negeri Timur Tengah dari Partai Demokrat, menyatakan keprihatinannya terhadap Rafah.
“Saya rasa bukan kepentingan strategis atau moral kami untuk membantu Israel melakukan kampanye di Rafah yang mungkin akan membunuh ribuan warga sipil tak berdosa dan tidak akan berdampak berarti pada kekuatan jangka panjang Hamas,” katanya kepada Reuters.
REUTERS