Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Jepang Mau Buang 1 Juta Ton Air PLTN Fukushima, Cina dan Korea Selatan Protes

Jepang akan membuang 1,3 juta ton air yang terkontaminasi radioaktif Fukushima ke laut untuk membongkar PLTN yang hancur akibat gempa 2011.

13 April 2021 | 13.00 WIB

Pemandangan tanki penyimpanan air yang terkontaminasi radioaktif pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima milik Tokyo Electric Power Co's (TEPCO) di kota Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang, 15 Januari 2020.[REUTERS]
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pemandangan tanki penyimpanan air yang terkontaminasi radioaktif pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima milik Tokyo Electric Power Co's (TEPCO) di kota Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang, 15 Januari 2020.[REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jepang akan melepaskan lebih dari 1 juta ton air yang terkontaminasi radioaktif pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut, kata pemerintah pada Selasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pelepasan air pertama akan dilakukan dalam waktu sekitar dua tahun, memberi operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company (Tepco) waktu untuk mulai menyaring air untuk menghilangkan isotop berbahaya, membangun infrastruktur dan memperoleh persetujuan peraturan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari Reuters, 13 April 2021, Jepang berargumen bahwa pelepasan air diperlukan untuk membongkar kompleks PLTN Fukushima setelah lumpuh oleh gempa bumi dan tsunami 2011. Jepang mengatakan air yang disaring sama dengan air yang secara rutin dilepaskan dari pembangkit nuklir di seluruh dunia.

Hampir 1,3 juta ton air yang terkontaminasi, atau cukup untuk mengisi sekitar 500 kolam renang ukuran standar Olimpiade, disimpan dalam tangki besar di pabrik Fukushima Daiichi dengan biaya tahunan sekitar 100 miliar yen atau sekitar Rp 13,3 triliun. Ruang penyimpanan itu hampir habis.

"Melepaskan air olahan adalah tugas yang tidak dapat dihindari untuk menghentikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Dai-ichi dan merekonstruksi daerah Fukushima," kata Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

Proses pembongkaran, kata Suga, akan memakan waktu puluhan tahun sampai rampung.

Pemandangan udara menunjukkan tangki penyimpanan untuk air olahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat tsunami di kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang 13 Februari 2021, dalam foto ini diambil oleh Kyodo News. [Kyodo News / melalui REUTERS]

Keputusan itu diambil sekitar tiga bulan sebelum Olimpiade Tokyo yang ditunda, dengan beberapa acara akan diadakan sekitar 60 km dari PLTN yang rusak. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada tahun 2013 meyakinkan Komite Olimpiade Internasional, bahwa Fukushima tidak akan pernah merusak Tokyo.

Tepco berencana menyaring air yang terkontaminasi untuk menghilangkan isotop, hanya menyisakan tritium, isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan dari air. Tepco kemudian akan mengencerkan air sampai tingkat tritium turun di bawah batas regulasi, sebelum memompanya ke laut.

Tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena tidak mengeluarkan energi yang cukup untuk menembus kulit manusia. Pembangkit nuklir lain di seluruh dunia secara rutin memompa air dengan kadar isotop rendah ke laut.

Amerika Serikat mencatat bahwa Jepang telah bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional dalam menangani situs tersebut.

"Dalam situasi yang tidak biasa dan menantang ini, Jepang telah mempertimbangkan opsi dan efeknya, telah transparan tentang keputusannya, dan tampaknya telah mengadopsi pendekatan sesuai dengan standar keselamatan nuklir yang diterima secara global," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan tentang situsnya.

Namun tetangga Jepang, Cina dan Korea Selatan, meminta konsultasi lebih lanjut tentang rencana tersebut.

"Tindakan ini sangat tidak bertanggung jawab, dan akan sangat merusak kesehatan dan keselamatan publik internasional, dan kepentingan vital orang-orang di negara tetangga," kata kementerian luar negeri Cina dalam pernyataan resmi di situs webnya.

Korea Selatan juga menyatakan keprihatinan bahwa keputusan tersebut dapat membawa dampak langsung dan tidak langsung pada keselamatan orang-orang dan lingkungan sekitar. Korea Selatan akan meningkatkan pengukuran dan pemantauan radiologisnya sendiri.

Taiwan juga menyatakan keprihatinan atas keputusan Jepang.

Pada foto 23 Februari 2017, seorang karyawan berjalan melewati tangki penyimpanan untuk air yang terkontaminasi di PLTN Fukushima Dai-ichi yang terkena dampak tsunami di Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) di kota Okuma, perfektur Fukushima , Jepang. (Foto Tomohiro Ohsumi / Pool via AP, File)

Serikat nelayan di Fukushima telah mendesak pemerintah selama bertahun-tahun untuk tidak melepaskan air, dengan alasan hal itu akan berdampak pada industri perikanan.

Sebuah artikel Scientific American melaporkan pada tahun 2014, yang mengatakan menelan tritium dapat meningkatkan risiko kanker, sementara beberapa ahli mengkhawatirkan kontaminan lainnya. Air saat ini mengandung sejumlah besar isotop berbahaya meskipun telah diolah selama bertahun-tahun, menurut Tepco.

"Perhatian saya adalah tentang kontaminan radioaktif non-tritium yang masih tertinggal di tangki pada tingkat tinggi," kata Ken Buesseler, ilmuwan senior di Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts.

"Semua kontaminan lain ini memiliki risiko kesehatan yang lebih besar daripada tritium dan lebih mudah terakumulasi dalam sedimen makanan laut dan dasar laut," papar Buesseler, yang telah mempelajari perairan di sekitar Fukushima.

Pemerintah Jepang sangat menekankan proses penyaringan dan pengenceran. Seorang pejabat senior urusan publik pemerintah Jepang mengirim email ke media massa pada Senin untuk meminta istilah "terkontaminasi" tidak digunakan dalam pelaporan tentang air Fukushima, dengan alasan istilah itu menyesatkan.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus