Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar AS di Addis Ababa mengizinkan keberangkatan sukarela staf non-darurat dan anggota keluarga menyusul makin memanasnya konflik bersenjata di Ethiopia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengizinkan keberangkatan sukarela pegawai pemerintah AS non-darurat dan anggota keluarga pegawai darurat dan non-darurat dari Ethiopia karena konflik bersenjata, kerusuhan sipil, dan kemungkinan kekurangan pasokan," kata kedutaan dalam sebuah pernyataan, Rabu, 3 November 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan ke Ethiopia tidak aman dan kemungkinan terjadinya eskalasi lebih lanjut, kata Kedubes AS.
"Pemerintah Ethiopia sebelumnya telah membatasi atau mematikan internet, data seluler, dan layanan telepon selama dan setelah kerusuhan sipil," katanya.
Juru bicara pemerintah Ethiopia, Legesse Tulu, tidak segera menanggapi panggilan telepon Reuters yang meminta komentar tentang pernyataan kedutaan AS.
Pada Selasa, Ethiopia mengumumkan keadaan darurat, karena pasukan pemberontak Tigray makin mendekati ibukota Addis Ababa.
Utusan khusus AS untuk Tanduk Afrika, Jeffrey Feltman, diperkirakan akan tiba di Addis Ababa untuk mendesak penghentian operasi militer di utara dan mengupayakan dimulainya pembicaraan gencatan senjata.
Inggris juga mendesak warganya mempertimbangkan apakah akan tetap tinggal di Ethiopia atau pergi mumpung penerbangan komersial masih tersedia.
Perdana Menteri Ethipia Abiy Ahmed berjanji untuk mengubur musuh-musuh pemerintahnya "dengan darah kami" ketika pasukan pemberontak Tigrayan dan Oromo mengancam untuk maju ke Addis Ababa.
Abiy meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 2019 karena menyelesaikan konflik lama Ethiopia dengan Eritrea.
Seruan sebelumnya untuk "mengubur" musuh dalam sebuah pernyataan yang diposting di halaman Facebook resmi Abiy selama akhir pekan telah dihapus oleh platform tersebut karena melanggar kebijakan terhadap menghasut dan mendukung kekerasan, kata perusahaan itu.
Pasukan Tigrayan berada di kota Kemise di negara bagian Amhara, 325 km dari ibu kota Juru bicara Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), Getachew Reda, mengatakan kepada Reuters pada Rabu malam, pasukannya berjanji untuk meminimalkan korban dalam perjalanan mereka menguasai Addis Ababa.
"Kami tidak bermaksud menembak warga sipil dan kami tidak ingin pertumpahan darah. Jika memungkinkan, kami ingin prosesnya damai."
Seorang analis regional yang berhubungan dengan pihak-pihak dalam perang dan yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan TPLF kemungkinan akan menunda serangan ke Addis Ababa sampai mereka mengamankan jalan raya yang membentang dari negara tetangga Djibouti ke ibukota.
Strategi itu mengharuskan mereka merebut kota Mille. Juru bicara TPLF mengatakan bahwa pasukan Tigray telah mendekati Mille.