Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi atau Menlu Retno menyerukan pentingnya kerja sama antarnegara benua Asia dan Afrika dalam diskusi bertema kolaborasi Asia-Afrika dan pemberdayaan Global South pada Kamis, 6 Juni 2024. Diskusi tersebut digelar menjelang peringatan ke-70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun depan.
KAA diselenggarakan pada 1955 bersama negara-negara Asia dan Afrika, yang saat itu kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. Pertemuan yang berlangsung pada 18 – 24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung itu bertujuan mempromosikan kerja sama Asia-Afrika dan melawan kolonialisme dari negara-negara imperialis.
Dalam pidatonya, Menlu Retno mengatakan dunia saat ini menghadapi lunturnya rasa saling percaya dan menurunnya penghormatan terhadap kedaulatan dan hukum internasional. Ia juga menyinggung resolusi yang tak kunjung tercapai untuk mendamaikan pertempuran di Gaza.
“Kerja sama antara Asia dan Afrika sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan dan membangun masa depan yang damai,” katanya.
Menurut dia, para pendiri bangsa melalui KAA telah menanamkan “benih” kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika, dan sekarang “benih” tersebut telah berkembang menjadi “pohon".
Menlu Retno menyampaikan tiga hal untuk menyuburkan “pohon” kerja sama Asia-Afrika. Pertama, memastikan “akar” keadilan dan kemanusiaan global. Ia berpendapat, keadilan dan kemanusiaan saat ini hilang bagi rakyat Palestina yang menjadi korban kekejaman Israel.
“Ada satu utang yang belum kita bayar, yaitu kemerdekaan Palestina. Indonesia akan terus lakukan berbagai upaya untuk membantu rakyat Palestina,” ujarnya.
Beberapa upaya yang ia sebutkan termasuk melalui Mahkamah Internasional (ICJ), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta meningkatkan bantuan kemanusiaan melalui badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Kedua, meningkatkan inklusivitas sebagai “batang” dari pohon kerja sama tersebut. Menyerukan penguatan multilateralisme, Retno berkata berbagai tantangan global tidak dapat diatasi jika negara-negara besar hanya peduli kepentingan masing-masing dan dunia masih terbelah antara konsep Utara dan Selatan (Global North dan Global South).
Ketiga, ia mengatakan negara-negara Selatan Dunia harus bersolidaritas dalam menjaga hak atas pembangunan, termasuk melalui hilirisasi. “Kita harus menjaga ‘pohon’ kerja sama Asia-Afrika sebagai tumpuan untuk masa depan kita,” kata Menlu Retno.
NABIILA AZZAHRA
Pilihan editor: Orang Jepang Makin Emoh Punya Anak, Angka Kelahiran Capai Titik Terendah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini