Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Menteri Belgia Serukan Sanksi Ekonomi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Kekejaman Israel yang telah membunuh sedikitnya 40 warga sipil di sebuah kamp pengungsi di Gaza, Kamis, membuat menteri Belgia geram.

6 Juni 2024 | 21.01 WIB

Sejumlah warga Palestina kembali ke sekolah setelah sekolah tersebut rusak parah akibat serangan Israel, di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, 3 Juni 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Perbesar
Sejumlah warga Palestina kembali ke sekolah setelah sekolah tersebut rusak parah akibat serangan Israel, di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, 3 Juni 2024. REUTERS/Mahmoud Issa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pembangunan Belgia, Kamis, 6 Juni 2024, menyerukan pemberlakuan "sanksi ekonomi dan embargo senjata" terhadap Israel, setelah serangan udara Israel ke sebuah kamp pengungsi di Gaza tengah menewaskan sedikitnya 40 warga sipil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Sekali lagi, anak-anak tak berdosa menjadi korban kekerasan yang kejam. Hal ini tidak dapat dibenarkan," kata Caroline Gennez di X. "Tekanan internasional terhadap pemerintah Israel harus ditingkatkan: saatnya untuk sanksi ekonomi dan embargo senjata."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kekerasan hanya akan menimbulkan lebih banyak kekerasan," Gennez memperingatkan.

Komentarnya muncul setelah pasukan Israel dikabarkan mengebom sekolah yang terhubung dengan PBB di Gaza tengah yang menjadi tempat penampungan ribuan pengungsi. Serangan itu menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai lebih dari 70 lainnya.

Para pejabat dari kantor media pemerintah Gaza dan Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi jumlah korban tewas, termasuk 14 anak-anak dan 9 wanita, setelah serangan fajar pada hari Kamis yang menghantam sekolah al-Sardi dan rumah-rumah di kamp Nuseirat.

Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, mengutuk serangan pada Kamis sebagai "pembantaian yang mengerikan" dan mengatakan bahwa banyak wanita dan anak-anak termasuk di antara mereka yang terbunuh dan terluka.

Kantor berita Palestina Wafa mengatakan bahwa ribuan warga Palestina yang terlantar berlindung di sekolah al-Sardi, yang terkait dengan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), ketika sekolah tersebut diserang.

Ismail al-Thawabta, juru bicara kantor media pemerintah Gaza, mengatakan bahwa "sejumlah besar korban tewas dan luka-luka" berdatangan ke Rumah Sakit Al Aqsa di Gaza tengah, yang telah mencapai tiga kali lipat dari kapasitasnya.

"Pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh penjajah Israel ini adalah bukti nyata genosida, pembersihan etnis terhadap warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak serta para pengungsi di Jalur Gaza," katanya kepada para wartawan.

Korban tewas dan luka-luka membanjiri rumah sakit, "yang dipenuhi dengan pasien yang terluka tiga kali lipat dari kapasitas klinisnya", tambahnya. "Ini menandakan bencana nyata yang akan menyebabkan peningkatan jumlah syuhada yang lebih besar lagi."

Israel telah membunuh lebih dari 36.600 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023 dan melukai lebih dari 83.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.

Delapan bulan setelah perang, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional.

MIDDLE EAST MONITOR | AL JAZEERA

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus