Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekalipun homoseksual dilarang di Tunisia, namun Mounir Baatour seorang gay mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden Tunisia November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baatour, gay yang berprofesi sebagai pengacara dan pemimpin Partai Liberal Tunisia mengumumkan dirinya maju dalam pilpres melalui Facebook pekan lalu, seperti dikutip dari The New Arab, 5 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Puluhan Gay Ditangkapi di Nigeria
Baatour mengatakan motto partainya adalah perdamaian dalam urusan dalam dan luar negeri. Dia juga menyerukan agar masyarakat Tunisia lebih inklusif untuk seluruh budaya, identitas, dan keyakinan.
Baator menjadi gay pertama di dunia Arab yang maju dalam pilpres, di mana sebagian besar negara-negara Arab melarang keberadaan homoseksual dan melakukan banyak tekanan terhadap hak-hak LGBT.
Baca juga: Meksiko, Kota Ramah Bagi Kaum Gay
Baatour dikenal sebagai sosok terkemuka dalam memperjuangkan hak-hak LGBT di Tunisia dan Afrika.
Dia ikut mendirikan organisasi bernama Shams yang memperjuangkan kesetaraan dan penerimaan terhadap LGBT dan komunitasnya. Bahkan Shams mendirikan radio LGBT untuk mengatasi prasangka.
Aktivis gay ini pernah ditangkap atas tuduhan sodomi tahun 2013 dan dijebloskan ke penjara selama 6 bulan.