Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Penyair Gay Iran Minta Suaka ke Israel

Tidak semua warga Israel menerima kaum homoseks.

25 Februari 2016 | 14.29 WIB

Ilustrasi gay / homoseksual. REUTERS/Gleb Garanich
Perbesar
Ilustrasi gay / homoseksual. REUTERS/Gleb Garanich

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Tel Aviv - Warga negara Iran tidak boleh mengunjungi musuh besarnya, Israel, tetapi seorang penyair yang meninggalkan negeri itu dua tahun silam setelah mendapatkan pelecehan dan penahanan karena gay, sekarang, sedang mengajukan kewarganegaraan ke negara Yahudi itu.

Penyair itu adalah Payam Feili. Pria ceking yang tingggal di Turki sejak 2014 itu tiba di Israel pada Desember 2015 untuk melihat novelnya I Will Grow, I Will Bear Fruit … Figs, yang akan dipentaskan sebagai sebuah drama berbahasa Ibrani di Tel Aviv, kota yang dikenal ramah terhadap kaum gay.

"Saya ingin tinggal di sini," ucap Feili yang bukan seorang Yahudi seperti dikutip Washington Post. "Ada sesuatu yang saya rasakan di sini melebihi cinta," tambahnya,

Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press pada Desember 2015, lelaki 30 tahun itu mengatakan, semasa masih bocah dia pernah nonton film Holocaust. Feili mengaku memiliki tato Bintang Daud di lehernya.

Israel dan Iran pernah memiliki hubungan politik dan budaya sangat dekat, tetapi sejak Revolusi Islam di Iran pada 1979, kedua negara saling bermusuhan. Kunjungan warganya ke masing-masing negara dianggap pelanggaran hukum.

Meskipun belum jelas apakah Israel akan menjamin memberikan kewarganegaraan terhadap Feili, namun pengacaranya, Hagai Kalai, menerangakan, dia sangat berharap bisa mendapatannya sebab kasus kliennya tidak biasa. "Dia akan diizinkan tinggal di sini," kata Kalai.

Jika Feili diperkenankan tingggal di Israel, dia akan bergabung bersama sekitar 140 ribu keturunan Yahudi Iran di Israel. Feili yang menulis secara terbuka tentang kehidupan gay di puisinya tidak bisa kembali ke Iran. Bila hal itu dilakukan maka sangat berisiko terhadap kehidupannya. Homoseksual sangat diharamkan di Republik Islam dan dianggap sebagai sebuah kejahatan sehingga pelakunya bakal diganjar hukuman berat termasuk hukuman mati.

Menurut PEN American Center, sebuah grup penulis yang memperjuangkan kebebasan berekspresi, Feili dipaksa meninggalkan negaranya setelah dia dan keluarganya mendapatkan ancaman.

Dalam sebuah tulisan di website, kelompok ini menguraikan, bagaimana dia ditangkap selanjutnya ditahan selama 44 hari tanpa dakwaan setelah dia menerbitkan karyanya dalam bahasa Ibrani.


Tel Aviv, tempat tinggal Feili sekarang ini, dikenal sebagai kota penuh warna bagi komunitas LGBT dan penyelenggara parade kaum gay terbesar di Timur Tengah setiap tahun. Di Israel, tidak semua tempat bisa diterima. Selama karnaval gay berlangsung di Yerusalem, seorang pria ultra-Orthodox menusuk beberapa orang bahkan membunuh seorang gadis remaja.

WASHINGTON POST | CHOIRUL AMINUDDIN  


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Choirul Aminuddin

Choirul Aminuddin

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus