Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Peraih Oscar Harvey Weinstein Dijatuhi Hukum 16 Tahun Karena Pemerkosaan

Harvey Weinstein, produser Peraih Oscar, dijatuhi hukuman 16 tahun penjara atas pemerkosaan seorang aktris.

24 Februari 2023 | 09.38 WIB

Mantan produser film Harvey Weinstein. Etienne Laurent/Pool via REUTERS
material-symbols:fullscreenPerbesar
Mantan produser film Harvey Weinstein. Etienne Laurent/Pool via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Harvey Weinstein, produser Peraih Oscar, dijatuhi hukuman 16 tahun penjara pada Kamis atas pemerkosaan seorang aktris pada 2013 di Los Angeles, Kamis, 23 Februari 2023. Weinstein, dulu raksasa Hollywood, telah menjadi simbol budaya kejahatan seksual yang meluas oleh orang-orang berkuasa yang memicu gerakan #MeToo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Hukuman itu, yang dijatuhkan sebagai hukuman akumulasi terhadap masa tahanan 23 tahun Weinstein (70 tahun), yang sudah dijalani karena pelanggaran seksual di New York. Hukuman tambahan ini membuat mantan produser peraih Oscar itu akan menghabiskan seumur hidupnya dipenjara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Weinstein, duduk di kursi roda dengan pakaian penjara berwarna coklat, tidak mengakui kesalahannya, memohon kepada hakim, “Saya mohon ampunan,” sesaat sebelum hakim menjatuhkan hukuman untuknya. Sidang dua-jam itu berlangsung di ruang yang sama di pengadilan Los Angeles di mana panel juri pada Desember lalu menyatakan produser film ini bersalah atas pemerkosaan, persetubuhan oral yang dipaksakan dan penetrasi seksual dengan objek asing.

Dakwaan-dakwaan itu berasal dari serangan terhadap seorang mantan model dan aktris, yang diidentifikasikan sebagai Jane Doe 1, di sebuah hotel Los Angeles, Februari 2013.

Berbicara di depan pengadilan dengan air mata dan suara yang bergetar di akhir sidang Kamis, perempuan itu mengatakan ia pernah menjadi seorang “perempuan yang sangat bahagia dan percaya diri” hingga Weinstein memperkosanya. Kemudian, “saya kehilangan identitas. Saya pikir tak akan ada orang yang bisa mencintai saya. Saya patah hati, kosong dan sendiri,” tambahnya, terisak-isak.

Penjara 16 tahun yang diputus oleh Hakim Mahkamah Agung Lisa Lench lebih ringan daripada tuntutan 24 tahun maksimum yang diajukan jaksa tetapi jauh lebih keras dibandingkan hukuman yang dicari oleh para pengacara Weinstein.

Penasihat hukum terdakwa Mark Werksman meminta bahwa Weinstein mendapatkan tidak lebih dari tiga tahun untuk masing-masing dari tiga dakwaan yang diputus terhadapnya, dijalani bersamaan dengan hukuman yang lain, dengan argumentasi bahwa dakwaan itu berasal dari “satu serangan seksual yang berlanjut” yang terjadi dalam “cobaan berat 10-15 menit”, dan bukan tiga tindakan terpisah.

Pengakuan bersalah di hadapan sidang oleh pengacara terdakwa jarang terjadi, bahkan ketika Weinstein sendiri terus-menerus membantah telah melakukan kejahatan apa pun. Dalam pernyataannya, Weinstein bersikeras ia tidak mengenal Jane Doe 1 dan mengatakan bahwa ia telah mengarang cerita demi uang. Weinstein mengatakan semua hubungan seksnya atas dasar suka sama suka.

“Ini adalah sebuah cerita karangan. Jane Doe 1 adalah seorang aktris. Ia bisa pura-pura menangis,” katanya kepada hakim. “Tolong, jangan hukum saya seumur hidup di penjara.”

Kejatuhan dari Kebesaran Hollywood

Hukuman ini menandai titik terendah baru dalam kejatuhan yang luar biasa dari sebuah kejayaan untuk pendiri Miramax Films, rumah produksi dan distribusi film AS yang sangat sukses. Mereka telah memproduksi film-film seperti Shakespeare in Love dan Pulp Fiction. Weinstein bahkan memenangkan sebuah Oscar pada 1999 sebagai produser Shakespeare in Love, yang tahun itu dinobatkan sebagai film terbaik.

Tuduhan-tuduhan kejahatan yang berjenjang terhadap Weinstein membantu menyulut gerakan #MeToo, yang telah mendorong para perempuan untuk bersuara tentang pelecehan dan kekerasan seksual oleh pria-pria berkuasa di media, politik dan bidang-bidang lain. Gerakan ini, yang viral di media sosial pada 2017, berusaha memutus budaya diam yang telah lama membiarkan tindakan-tindakan semacam itu berlalu tanpa perlawanan.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus