Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Ekuador - Gempa bumi besar yang terjadi di Ekuador pada Minggu, 17 April 2016, telah memakan korban lebih dari 235 jiwa. Sedangkan korban luka-luka diperkirakan mencapai 1.500 orang. Hingga saat ini, tim penyelamat masih berusaha mengevakuasi korban yang selamat.
Gempa ini berkekuatan 7,8 pada skala Richter dengan pusat gempa di Samudra Pasifik. Gempa terasa di sekitar Andean dengan jumlah penduduk 16 juta jiwa. Hal ini menimbulkan kepanikan hingga ke Quito, bahkan mampu menumbangkan bangunan dan jalan di sebelah barat kota.
Presiden Rafael Correa segera kembali dari kunjungannya ke Italia. Hal ini ia lakukan untuk menangani gempa tersebut dan menyelamatkan korban dari reruntuhan. “Semua bangunan dapat dibuat kembali, tapi nyawa tidak, itulah yang akan melukai kita,” katanya, seperti dilansir Reuters, 18 April 2016.
Pedernales merupakan daerah terdekat dengan titik pusat gempa. Terutama daerah yang merupakan pantai sebagai daerah tujuan para turis dan pohon palem. “Orang-orang terjebak di banyak tempat berbeda dan kami telah memulai operasi penyelamatan,” ujar Wakil Presiden Jorge Glas.
Pihak berwenang menyebutkan ada 163 kejadian setelah gempa, kebanyakan di Padernales. Selain itu, peringatan darurat telah diumumkan di enam provinsi.
Gempa ini menambah pilu negara OPEC terkecil ini. Padahal Ekuador tengah menggerek harga minyaknya yang rendah saat ini. Bukan hanya itu, saat ini pertumbuhan ekonomi tahun ini mendekati nol.
MAWARDAH | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini