Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bintang pop Amerika Serikat, Taylor Swift, mengatakan enggan Donald Trump terpilih lagi menjadi presiden dan mengkritiknya karena menyusahkan orang-orang memilih dalam pilpres AS 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan Taylor Swift kepada Trump dituangkan dalam serangkaian kicauan panjang Twitter, mengkritik Donald Trump sengaja memangkas anggaran Layanan Pos AS (USPS) untuk mempersulit orang mengirim surat suara dalam pemilu AS. Pilpres AS pada 3 November akan digelar via pos karena kekhawatiran pandemi virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pelucutan USPS yang telah dikalkulasikan Trump membuktikan satu hal dengan jelas: Dia SANGAT SADAR bahwa kita tidak menginginkan dia sebagai presiden kita. Dia memilih untuk curang secara terang-terangan dan membahayakan nyawa jutaan orang Amerika demi mempertahankan kekuasaan," kicau Taylor Swift, dikutip dari Metro.co.uk, 16 Agustus 2020.
"Kepemimpinan Donald Trump yang tidak efektif sangat memperburuk krisis yang kita hadapi dan dia sekarang memanfaatkannya untuk menumbangkan dan menghancurkan hak kita untuk mencoblos dan memilih dengan aman.
"Mintalah surat suara lebih awal. Coblos lebih awal," twit Taylor Swift kepada para pengikut Twitter-nya.
Trump’s calculated dismantling of USPS proves one thing clearly: He is WELL AWARE that we do not want him as our president. He’s chosen to blatantly cheat and put millions of Americans’ lives at risk in an effort to hold on to power.
— Taylor Swift (@taylorswift13) August 15, 2020
Kekhawatiran Taylor Swift muncul setelah Thomas J. Marshall, advokat untuk Layanan Pos AS, memperingatkan dalam surat kepada 46 negara bagian dan Distrik Columbia, bahwa tenggat waktu tertentu untuk meminta dan memberikan surat suara tidak sesuai dengan standar pengiriman Layanan Pos.
Layanan Pos telah memperingatkan beberapa negara bagian bahwa mengizinkan pemilih untuk meminta surat suara kurang dari seminggu sebelum pemilihan, tidak menyisakan cukup waktu untuk mencetak surat suara, mengirimnya ke pemilih, dan mengembalikannya.
Presiden AS Donald Trump mengenakan masker ketika ia berbicara dengan para pekerja saat tur di pabrik mesin cuci Whirlpool Corporation di Clyde, Ohio, AS, 6 Agustus 2020. [REUTERS / Joshua Roberts]
Dikutip dari USA Today, Trump telah mengecam pencoblosan surat suara via pos, di mana Layanan Pos AS mengirim surat suara ke semua pemilih terdaftar. Tetapi hanya sembilan negara bagian dan District of Columbia sejauh ini yang berencana untuk mengadakan pemilihan universal via pos ini. Dia telah memperingatkan bahwa pemilihan via pos universal menimbulkan bahaya terbesar bagi penipuan pemilih dan ancaman bagi demokrasi.
Namun, catatan publik menunjukkan Donald Trump telah meminta surat suara untuk dirinya dan istrinya Melania sebelum pemilihan utama Florida pada Selasa, menurut laporan Reuters.
Presiden Republik Donald Trump mengatakan pada Kamis bahwa dia menolak anggaran tambahan untuk mempermudah pencoblosan melalui surat, yang berujung pada pemangkasan anggaran operasional pos oleh kepala Layanan Pos AS yang baru.
Direktur Jenderal Kantor Pos AS yang baru, Louis DeJoy, diketahui telah menyumbangkan US$ 2,7 juta (Rp 40,2 miliar) kepada Presiden Donald Trump dan sesama Partai Republik, menurut Saloni Sharma, juru bicara Senator Demokrat Elizabeth Warren, yang meminta penyelidikan, Reuters melaporkan.
Foto kombinasi Joe Biden dan Donald Trump. REUTERS/Jonathan Ernst
Pengawas internal Layanan Pos AS juga sedang menyelidiki pemotongan biaya yang memperlambat pengiriman dan membuat khawatir anggota parlemen menjelang pemilihan presiden, kata seorang asisten kongres mengatakan pada Jumat.
Langkah-langkah pemotongan biaya yang dilakukan oleh DeJoy dalam beberapa pekan terakhir telah menyebabkan penundaan pengiriman surat yang meluas. Tindakan tersebut termasuk pengurangan kotak surat di beberapa negara bagian.
Trump, yang saat ini berada di belakang saingan Demokrat Joe Biden dalam jajak pendapat, mengatakan tanpa bukti bahwa pemilihan melalui surat yang meluas dapat menyebabkan kecurangan.
Bukti menunjukkan bahwa pemungutan suara melalui surat sama amannya dengan metode lainnya. Biden dan Demokrat lainnya mengatakan Trump mencoba mengganggu pemilihan. Mantan Presiden Demokrat Barack Obama mengatakan dia khawatir Donald Trump berusaha menekan Layanan Pos AS untuk memenangkan pilpres AS.