Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Regulator Inggris bakal menerbitkan sebuah surat perintah investigasi terhadap kantor konsultan politik Cambridge Analytica terkait penggunaan data para pengguna layanan sosial media Facebook untuk kepentingana tim kampanye pemilihan Presiden Donald Trump pada 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah itu diambil menyusul sejumlah laporan yang menyebut Cambridge Analytica telah mendapatkan keuntungan fantastis yang tidak sepatutnya dengan mengakses data 50 juta pengguna Facebook.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Trump Mau Bubarkan Tim Mueller, Politikus Republik: Mau Lengser?
Sikap itu diambil regulator Inggris juga karena desakan para pengambil kebijakan di Amerika Serikat dan Eropa, yang menuntut penjelasan bagaimana perusahaan konsultan itu mendapatkan akses data para pengguna. Cambridge Analytica diketahui bekerja untuk tim kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Presiden Donald Trump dan Penasihat ekonomi utama Gedung Putih Gary Cohn. businessinsider.com
Seperti dikutip Reuters pada Selasa, 20 Maret 2018, anggota Kongres Amerika Serikat telah menyerukan kepada CEO Facebook, Mark Zuckerberg, pada Senin, 19 Maret 2018, untuk mengambil langkah. Dalam penjelasannya Facebook mengatakan pihaknya telah merekrut beberapa auditor forensik dari perusahaan Stroz Friedberg untuk menginvestigasi dan memutuskan apakah Cambridge Analytica masih memiliki data-data pengguna Facebook.
“Tim auditor dari Stroz Friedberg sudah berada di kantor Cambridge Analytica di London pada sore ini. Atas permintaan Komisi informasi Inggris, tim auditor dari Stroz Friedberg siap di lokasi,” demikian bunyi keterangan Facebook.
Baca: Trump Resmi Izinkan Pejabat Tinggi AS Kunjungi Taiwan
Atas kabar kebocoran data terkait kepentingan kampanye Trump ini, saham Facebook anjlok hampir 7.0 persen pada Senin, 19 Maret 2018. Para investor waswas undang-undang yang baru, bisa menciderai bisnis Facebook. Frank Pasquale, profesor bidang hukum dari Universitas Maryland, Amerika Serikat mengatakan kejadian ini adalah pembuka kotak hitam praktik-praktik data Facebook dan yang terjadi ini bukan hal yang bagus.