Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Manila - Tiupan kencang topan Koppu di Filipina timur, Minggu, 18 Oktober 2015, mengakibatkan dua orang tewas, 16 ribu penduduk meninggalkan permukiman, dan tiang listrik di seluruh provinsi roboh. Pasukan tentara dan polisi telah dikerahkan untuk menyelamatkan warga yang terjebak banjir di sejumlah desa di Provinsi Aurora, yang dilanda topan pada Minggu pagi.
Topan juga menyebabkan banjir di Nueva Ecija, provinsi penghasil beras. Banjir tersebut menghancurkan lahan pertanian padi yang siap panen.
Situs web CBS News mengatakan angin kencang yang merobohkan pohon dan memutuskan sambungan listrik itu melumpuhkan sembilan provinsi. Banjir dan tanah longsor membuat 25 ruas jalan dan jembatan tidak bisa dilewati. Pihak berwenang telah menangguhkan puluhan penerbangan dan pelayaran laut dan banyak kota meliburkan sekolah pada Senin.
Menurut kantor cuaca pemerintah, badai diperkirakan akan melemah menjadi badai tropis pada akhir Senin dan meninggalkan pulau di utara Luzon pada Rabu.
Di beberapa kota, kondisi cuaca mulai membaik, sedangkan di beberapa desa, pohon tumbang dan puing-puing sudah dibersihkan dari jalan. Namun pejabat mengingatkan bahwa keganasan topan Koppu sering memicu tanah longsor dan banjir bandang yang datang belakangan.
"Kami meminta warga negara kami tidak lengah," kata Alexander Pama, yang mengepalai badan respons bencana pemerintah. "Untungnya, saat ini tidak ada laporan dari operasi pencarian dan penyelamatan, tapi kami masih menunggu kalau-kalau ada kebutuhan," ucapnya.
Lontoc, dari Kantor Pertahanan Sipil, mengatakan dua korban meninggal adalah seorang remaja yang terjepit pohon tumbang. Empat orang terluka dan tiga rumah rusak di Quezon, kota di pinggiran Manila, akibat pohon tumbang itu. Runtuhnya dinding beton di Subic menewaskan seorang wanita 62 tahun dan melukai suaminya.
Tiga nelayan yang hilang di laut berhasil diselamatkan dari Provinsi Bataan utara. Tiga orang hilang lainnya juga ditemukan di sebuah kamp pengungsian di Kota Baler Aurora, kata Lontoc.
Presiden Benigno Aquino III dan lembaga tanggap bencana telah memperingatkan bahwa hujan badai Koppu dan angin berpotensi membawa lebih banyak kerusakan.
Topan Koppu adalah badai ke-12 yang memukul Filipina tahun ini. Rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun melanda Filipina, salah satu negara paling rawan bencana di dunia.
Pada 2013, topan Haiyan, salah satu badai paling ganas menurut catatan menghantam negara itu, meratakan seluruh kota dan meninggalkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang. Wartawan CBS News, Seth Doane, melaporkan bahwa banyak yang belum pulih dari bencana topan itu.
CBS NEWS.COM | MECHOS DE LAROCHA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini