Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Badan Geologi Peringatkan Potensi Awan Panas dan Aliran Lahar dari Gunung Semeru

Badan Geologi menyatakan aktivitas Gunung Semeru memperlihatkan adanya aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava.

29 Maret 2024 | 10.30 WIB

Gunung Semeru kembali erupsi pada Jumat (9/2/2024) pukul 05.39 WIB dengan tinggi letusan teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak. (ANTARA/HO-PVMBG)
Perbesar
Gunung Semeru kembali erupsi pada Jumat (9/2/2024) pukul 05.39 WIB dengan tinggi letusan teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak. (ANTARA/HO-PVMBG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid memaparkan kondisi terkini aktivitas Gunung Semeru setelah erupsi berupa awan panas pada Kamis, 28 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Erupsi berupa awan panas dengan jarak luncur dan tinggi kolom abu erupsi tidak diketahui karena visual Gunung Semeru tertutup kabut, namun terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi 27 menit," kata Wafid dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir Antara, Jumat 29 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Wafid, aktivitas Gunung Semeru memperlihatkan adanya aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava, namun secara visual jarang teramati karena terkendala cuaca yang berkabut. "Selain berpotensi terjadinya awan, potensi aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan cukup tinggi di Gunung Semeru," katanya. Akumulasi material hasil erupsi maupun pembentukan "scoria cones" yang berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas.

Material guguran lava atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan. "Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder," kata Wafid.

Jumlah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Semeru masih tinggi, terutama gempa letusan, guguran, dan harmonik. Gempa vulkanik dalam dan harmonik yang masih terekam mengindikasikan masih adanya suplai di bawah permukaan Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan, serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Saloko. "Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," ujarnya.

Badan Geologi merekomendasikan masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terkena perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Warga juga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terkena lontaran batu pijar. Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus