Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Rabu, 12 Januari 2022, memperlihatkan indikator kualitas udara di Bengkulu pada posisi sangat tidak sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Informasi tersebut tertera pada bagian kualitas udara konsentrasi partikulat PM 2,5. Artinya partikel udara yang berukuran kurang dari 2,5 mikron (mikrometer).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nilai ambang batas PM 2,5 adalah 65 μgram/m3. Nilai ambang batas adalah batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien.
Tercatat dua kali kualitas udara di Bengkulu berada di atas ambang batas. Pada pukul 7.00 WIB tercatat 140.9 μgram/m3, sedangkan pukul 20.00 WIB melonjak lebih tinggi, yaitu 174.3 μgram/m3.
BMKG yang memantau kondisi PM 2.5 sejak tahun 2015 membagi situasi ini dalam lima kategori. Kategori baik mempunyai rentang 0-15 μgram/m3, sedang (16-65 μgram/m3), tidak sehat (66–50 μgram/m3), sangat tidak sehat (151–250 μgram/m3), dan terakhir, berbahaya (di atas 250 μgram/m3).
Sementara data per jam polusi udara PM 2,5 selama 10 hari pertama di bulan Januari 2022 terlihat berada di kategori baik dan sedang.
Menurut Kadarsah, Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim BMKG, kejadian tersebut tidak terkait dengan fenomena alam atau kejadian bencana. “Human error. Biasanya ada yang melakukan bakar sampah di sekitar lokasi,” ujarnya Kamis, 13 Januari 2022.
Menurutnya, pengukur polusi stasiun klimatologi BMKG Bengkulu itu berdekatan dengan pemukiman warga. “Hanya beberapa meter,” ujarnya.
Namun, untuk polusi yang tercatat pada malam hari, berbeda kasus. Berdasarkan pengalaman staf BMKG setempat, saat malam mulai masuk pola angin yang berubah dari darat ke laut.
Posisi kantor BMKG Bengkulu berada dekat laut dan gunung. Jika malam tiba, angin gunung bertiup ke arah laut. Dari arah datangnya angin terdapat tiga lokasi pabrik pengolahan karet.
“Dari pengalaman itu, saya rasa tingginya PM 2.5 pada malam sampai pagi sangat dipengaruhi oleh polusi dari pabrik-pabrik tersebut. Atau bisa juga hal-hal lain yang berkaitan dengan polusi rumah tangga,” kata Kadarsah.
“Sensor tersebut tidak merepresentasikan polusi Kota Bengkulu, jadi sangat lokal dan perlu edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas udara,” ujarnya.
Menurutnya, BMKG sudah berusaha mengedukasi warga tentang pencemaran atau polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.