Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

20 Ahli Berdebat Soal Unsur Kelalaian Medis dalam Kematian Diego Maradona

Sebanyak 20 ahli mempertanyakan keberadaan unsur kelalaian pada perawatan kesehatan Diego Maradona.

9 Maret 2021 | 11.14 WIB

20 Ahli Berdebat Soal Unsur Kelalaian Medis dalam Kematian Diego Maradona
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 20 ahli memulai perdebatan tentang penyebab kematian legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona. Mereka berdebat untuk mempertanyakan keberadaan unsur kelalaian pada perawatan kesehatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Maradona, yang berusia 60 tahun, meninggal karena serangan jantung pada 25 November 2020. Kematiannya terjadi beberapa pekan setelah menjalani operasi otak akibat pembekuan darah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyelidik sedang melakukan investigasi perawatan kesehatan yang Maradona terima sebelum kematiannya untuk menentukan apakah akan memperkarakan kasus karena kelalaian yang berujung kematian. Jika terbukti, maka akan terancam hukuman penjara hingga 15 tahun.

Panel ahli, yang terdiri dari 10 spesialis dan 10 lainnya dipilih oleh pihak yang berkepentingan, akan menyampaikan temuan dalam dua atau tiga pekan mendatang, dikutip dari AFP, Selasa, 9 Maret 2021. Panel tersebut dibentuk oleh jaksa penuntut umum Argentina.

Ahli bedah saraf Maradona Leopoldo Luque, psikiater Agustina Cosachov dan psikolog Carlos Diaz sedang diselidiki. Selain mereka, penyelidik juga memeriksa dua perawat, yaitu koordinator perawat dan koordinator medis.

Dua putri Maradona, Gianinna, 31 tahun dan Jana, 24 tahun, menuduh Luque bertanggung jawab atas kesehatan Maradona yang memburuk. Maradona menjalani operasi pada 3 November, hanya empat hari setelah dia merayakan ulang tahun ke-60 di klub yang dia bina, Gimnasia y Esgrima. Namun, kesehatannya memburuk dan Maradona mengalami kesulitan berbicara.

Maradona memerangi kecanduan kokain dan alkohol selama hidupnya. Dia menderita gangguan hati, ginjal dan kardiovaskular saat meninggal. "Terakhir kali Gianinna mengunjungi Maradona, dia melihat Maradona sangat bengkak. Dalam beberapa minggu sebelum kematiannya, Maradona menunjukkan kemunduran fisik dan kognitif," kata Rodolfo Baque, pengacara untuk salah satu dari dua perawat yang sedang diselidiki.

Maradona adalah idola bagi jutaan orang Argentina setelah menginspirasi tim Tango meraih kemenangan keduanya di Piala Dunia pada 1986. Gelandang serang yang menghabiskan dua tahun bersama raksasa Spanyol, Barcelona, itu juga dicintai di Napoli. Ia membawa Napoli memenangkan satu-satunya gelar Serie A dalam sejarah klub.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus