Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Setelah Nonton Rio Haryanto, Menpora Belajar Sport Science  

Menpora Imam Nahrawi ingin menerapkan sports science di Indonesia.

21 Maret 2016 | 19.05 WIB

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) bersama dengan pembala Manor Racing Team Rio Haryanto. twitter.com
Perbesar
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) bersama dengan pembala Manor Racing Team Rio Haryanto. twitter.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya menyaksikan pembalap Formula 1 Rio Haryanto melakoni debut perdananya di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga mengunjungi Universitas Victoria saat berada di Australia, Senin, 21 Maret 2016. Di sana, ia menimba ilmu soal sport science.

Menteri Imam mengatakan ingin menerapkan sport science di Tanah Air. "Indonesia memiliki peluang yang besar untuk perkembangan olahraga melalui pelatihan dan penelitian," ujar dia, seperti dikutip dalam situs resmi kemenpora.

Ia menyadari untuk mencetak prestasi olahraga membutuhkan biaya besar. "Namun dengan sport science anggaran yang terbatas memungkinkan untuk meraih prestasi," imbuhnya.

Hans Westerbeek, Dekan College of Sport & Exercise Science dari Universitas Victory, mengatakan perkembangan olahraga di negara maju pada era modern sekarang ini prestasi olahraga tak hanya bergantung pada bibit-bibit atletnya. Tetapi sport science dan metode pelatihan juga menentukan.

Universitas Victory tak keberatan membantu Indonesia dalam mengembangkan sport science. Pada pertengahan April 2016, Vice Chancellor & President Victoria University International Melbourne, Peter Dawkins bersama beberapa stafnya akan berkunjung ke Indonesia. Mereka nantinya akan berkunjung ke lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Makasar dan Bandung.

Menpora berkesempatan mengelilingi kompleks sport science di universitas tersebut, seperti Altitude Room, Chemical Room, serta Altitude hotel. Di altitude room dan hotel disediakan fasilitas untuk adaptasi ke daerah yang memiliki kadar oksigen rendah.

"Atlet tidak perlu mengeluarkan anggaran  besar untuk berlatih ke negara dengan kadar oksigen rendah seperti Bolivia, karena dapat dilakukan di negara sendiri sehingga durasi waktu adaptasi cuaca atlet ke negara tersebut dapat diminimalkan," kata Dawkins.

KEMENPORA | RINA WIDIASTUTI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rina Widiastuti

Rina Widiastuti

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus