Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pameran kustom terbesar di Indonesia, Kustomfest 2018 kembali digelar tanggal 6 - 7 Oktober di Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak sekedar berlomba menampilkan karya terbaik untuk bertarung di region nasional, builder atau penggarap motor kustom (modifikasi) dalam kegiatan ini juga menyiapkan karya terbaiknya agar lolos seleksi. Demi mempersiapkan diri menghadapi perhelatan bergengsi jawara kustom dunia bertajuk Yokohama Hot Rod Custom Show, di Pacifico, Yokohama Jepang akhir tahun ini.
Baca: Harley-Davidson Sportster Jadi Hadiah Lucky Draw Kustomfest 2018
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak terkecuali bagi bengkel kustom kenamaan asal Yogyakarta, Queenlekha Choppers. Bengkel kustom yang pada kegiatan Yokohama Hot Rod Custom 2017 lalu berhasil merebut penghargaan sebagai salah satu karya kustom terbaik lewat motor Dirty Majesty itu tanpak juga telah menyiapkan senjata barunya.
Senjata baru yang dipermak Queenlekha kali ini memiliki dasar motor Harley Knucklehead tahun 1945 yang dipermak dengan gaya chopper-bobber.
"Chopper yang kami bawa ke Yokohama ini benar-benar beda dengan chopper kemarin yang menang di sana," ujar pemilik Queenlekha Chopper, Muhammad Agung Perdana Satria alias Yayack saat ditemui Tempo Jumat petang 5 Oktober 2018.
Uniknya, chopper baru Queenlekha ini dibangun dengan biaya penjualan dari motor yang sebelumnya menang dalam Yokohama Hot Rod Custom tahun 2017 lalu.
Chopper berbalut warna gradasi cokelat Queenlekha kali ini membawa sebuah motif native America atau Indian kuno Amerika. Seluruh unsur disematkan pada motor ini agar kegarangan ala suku Indian terpancar mulai dari cat, frame, tangki, penggerak hingga ornamen bergambar suku Indian pun ada.
Baca: Kustomfest Jadi Ajang Seleksi Yokohama Hot Rod Custom Jepang
"Indian jadi konsep karena membawa simbol dedikasi, loyalitas, dan kerja keras tinggi, jadi saya tumpahkan idenya ke motor ini," ujar Yayack yang menghabiskan tiga bulan terakhir demi membangun motor tersebut.
Motor ini seluruhnya dibangun hand made. Mulai dari pelek hingga tangki. Tak ada yang memakai barang after market. Pekerjaan paling memakan waktu tak lain pada peleknya yang berbahan besi. Pelek depan menggunakan ring 21 inci sedangkan belakang lebih kecil yakni 18 inci. Untuk perpindahan gigi dikustom dengan model perseneleng tongkat sedangkan bagian lain seperti primary dan gear box dibiarkan tetap aslinya hanya dipoles chrome.
"Membangun tiap bagiannya ada kesulitan sendiri karena hand made namun kami berhasil temukan solusinya sehingga bisa selesai tepat waktu,"ujarnya.
Yayack mengaku sebenarnya saat terjun pada teknis pengerjaan tak terlalu susah meski membangun motor itu dari nol.
Justru bagian paling sulit menurutnya ketika harus mencari konsep atau ide apa yang ingin ditampilkan. Terlebih dalam event sekelas Yokohama Hot Rod Custom itu banyak sekali chopper para builder dunia berlomba menyuguhkan karya terbaik.
Yayack sendiri enggan mengungkap berapa biaya yang harus ia keluarkan untuk membangun chopper itu. Ia hanya memberi gambaran jika hasil penjualan motor juaranya pada event Yokohama lalu masih belum cukup menutuli biaya pengerjaan motor baru ini.
"Biayanya membangun ini banyak, sampai motor yang menang kemarin dijual masih nombok, he he," ujarnya.
Direktur Kustomfest 2018, Lulut Wahyudi menuturkan dalam ajang Kustomfest 2018 itu, bakal menjadi tahap seleksi bagi karya-karya builder Indonesia untuk mengikuti ajang bergengsi modifikasi tingkat international 27th Yokohama Hot Rod Custom Show, di Pacifico, Yokohama Jepang akhir tahun ini.
“Bos Yokohama Hot Rod Custom Show akan datang langsung ke event Kustomfest 2018 ini untuk memilih langsung motor-motor yang menurutnya masuk kriteria untuk dilombakan di Jepang bersama ratusan builder dunia,” ujar Lulut.
Lulut menambahkan pada tahun 2018 ini dari Indonesia diberi jatah 10 slot atau motor kustom yang bisa ikut pada Yokohama Hot Rod Custom 2018.