Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Tubagus Hasanuddin mengatakan parlemen akan meminta TNI mengalokasikan anggaran dengan fokus pemeliharaan alat utama sistem persenjataan. Menurut Hasanuddin, hal ini tindak lanjut peristiwa jatuhnya pesawat Super Tucano 3108 di Malang, Jawa Timur.
"Pesawat yang sudah tua tak usah dirawat lagi, grounded saja," kata Hasanuddin saat dihubungi, Kamis, 11 Februari 2016. "Uangnya untuk pemeliharaan pesawat baru secara maksimal."
Meski TNI belum rampung menginvestigasi, Hasanuddin mengatakan, kecelakaan yang menewaskan Mayor Ivy Safatillah tersebut pantas disimpulkan akibat minimnya pemeliharaan pesawat. Alokasi anggaran terbagi pada pesawat tua seperti F5 Tiger dan pesawat bekas seperti F16. "Itu pesawatnya sudah dikanibal, pemeliharaannya justru mahal," kata dia.
Hasanuddin menilai, kecelakaan Tucano sangat kecil akibat human error atau kesalahan pilot. Menurut dia, anggota TNI Angkatan Udara sangat dikenal di level dunia sebagai pilot dan penerbang handal. Buktinya, TNI AU selalu mampu menyesuaikan diri dan mampu menunggangi segala jenis pesawat termasuk pelbagai jenis pesawat Sukhoi dari Rusia.
"Kalau pun memang karena pilot, itu bisa diperbaiki dengan peningkatan sumber daya manusia dan pelatihan," kata Hasanuddin. "Tapi kalau pemeliharaan itu soal masalah sistem dan manajemen."
Konsekuensinya, menurut Hasanuddin, Komisi Pertahanan tak akan lagi mau menyetujui ide TNI membeli segala jenis alusista bekas meski dengan dalih biaya murah. Ia menilai, biaya pemeliharaan alusista bekas justru membebani negara. Pesawat baru seperti Tucano, bisa terus jatuh karena perawatannya tak maksimal. "Lebih baik beli sedikit tapi baru, dan anggaran difokuskan untuk pemeliharaan," kata dia.
FRANSISCO ROSARIANS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini