Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.

2 April 2024 | 08.59 WIB

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Perbesar
Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena langka komet 12P/Pons-Brooks yang dijuluki Komet Setan atau Devil Comet sulit untuk diamati dari Indonesia. Penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, Avivah Yamani, mengatakan pengamatan komet harus diarahkan ke horizon barat setelah matahari terbenam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Lumayan sulit diamati karena rendah banget posisinya,” kata dia pada Senin, 1 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Avivah, cuaca menjadi salah satu tantangan observasi komet yang sedang melayang menuju matahari tersebut. “Harus kosong banget ufuk baratnya, bebas dari awan dan tidak ada kabut,” ujar alumni Program Studi Astonomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Komet itu diperkirakan tenggelam atau hilang dari pandangan sekitar pukul 19.00 WIB. Peluang waktu pengamatannya termasuk sempit, hanya berkisar satu jam setelah matahari terbenam.

Karena alasan itu, sejumlah pengamat berencana memanfaatkan peristiwa gerhana matahari total pada 8 April 2024 untuk “berburu” Komet Setan. Harapannya, saat langit gelap karena matahari tertutup bulan, mereka bisa menangkap citra bintang berekor yang sedang mendekati surya tersebut.  

“Jarak komet dari matahari cuma sekitar 20 derajat, makanya pas gerhana matahari total bisa diamati dan dipotret,” kata Avivah. Gerhana matahari total itu hanya akan melintasi wilayah Amerika Utara dan sekitarnya.

Komet dengan periode orbit 71,3 tahun itu akan mencapai jarak terdekat dengan matahari pada 21 April 2024. Jean-Louis Pons dari Observatorium Marseilles menemukan komet itu pada 12 Juli 1812. Pengamatan diteruskan William Robert Brooks pada 1883.

Berukuran setara Gunung Everest, Komet Setan terdiri dari es, debu, dan materi batuan. Saat mendekati matahari, esnya akan menguap. Gas yang lepas dari permukaan komet membawa debu dan membentuk awan besar.

“Keunikannya, komet ini punya gunung berapi es atau kriovolcano yang menyemburkan lava berupa es,” kata Avivah.

Ekor komet akan memanjang lantaran tertiup oleh angin matahari. Saat dipotret, komet Pons-Brooks tampak memiliki tanduk, hingga akhir dijuluki Devil Comet.

Jika kita beruntung, komet berwarna hijau itu bisa dilihat secara langsung dengan mata, asalkan tidak ada polusi cahaya, awan, dan kabut. Alternatif lainnya dengan menggunakan binokuler atau teleskop.

Yohanes Paskalis

Yohanes Paskalis

Mulai ditempa di Tempo sebagai calon reporter sejak Agustus 2015. Berpengalaman menulis isu ekonomi, nasional, dan metropolitan di Tempo.co, sebelum bertugas di desk Ekonomi dan Bisnis Koran Tempo sejak Desember 2017. Selain artikel reguler, turut mengisi rubrik cerita bisnis rintisan atau startup yang terbit pada edisi akhir pekan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus