Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan varian baru dari virus SARS-CoV-2 asal Indonesia. Virus corona penyebab Covid-19 itu dinamakan varian B.1.466. “Sebelum varian Delta masuk ke Indonesia, varian baru asal Indonesia mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia,” kata Sugiyono Saputra, peneliti sekaligus Ketua Tim Whole Genom Sequencing SARS-CoV-2 LIPI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sugiyanto, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta agar varian lokal itu terus dipantau. Alasannya, secara genetik, varian B.1.466 mampu meningkatkan penularan di masyarakat dan dapat menyebabkan penurunan efektifitas vaksin dan terapi obat--walaupun belum ditemukan bukti-buktinya. “Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian Delta lebih berbahaya,” kata dia di laman LIPI, Jumat 16 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih lanjut Sugiyanto mengatakan, kemungkinan besar ledakan kasus Covid 19 di Indonesia disebabkan oleh varian Delta. Dia mengungkapkan itu berdasarkan data genom SARS-CoV-2 di GISAID. Hasil genome sequencing selama tiga minggu terakhir yang ada dalam basisdata itu menunjukkan lebih dari 95 persen merupakan varian Delta. “Sisanya adalah varian Alpha dan varian lokal Indonesia,” ujarnya.
Penelitian di laboratorium Bio Safety Level 3 milik LIPI mendukung kesimpulan itu. Lewat pengambilan sampel 10-18 Juni 2021, peneliti LIPI menemukan hampir 100 persen adalah varian Delta.
Sugiyanto menjelaskan faktor utama penyebab Covid-19 varian Delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat masif adalah karena karakteristik tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding varian lain. “Material genetik yang ditemukan di varian delta punya karakter yang bisa menurunkan efektivitas dari vaksinasi dan terapi obat yang saat ini dilakukan,” katanya.
Sebelumnya, keberadaan Covid-19 varian lokal Indonesia telah diungkap Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. Namun Amin menyebutnya sebagai varian B.1.466.2. “Ini khas varian di Indonesia. Sebenarnya di luar negeri juga ada, namun terbanyak ditemukan di Indonesia,” kata Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu, 15 Juni 2021.
Lebih rinci, dia juga menyebut varian tersebut pertama kali diidentifikasi di Papua Nugini. Selain di Indonesia, virus Covid-19 varian B.1.466.2 juga terdeteksi di 14 negara lain, yaitu Singapura, Jepang, Malaysia, Australia, Bahrain, India, Denmark, Kamboja, Korea Selatan, Papua Nugini, Jerman, Inggris, Portugal, dan Amerika Serikat.