atau cari berdasarkan hari
Masyarakat yang berada di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung diminta tetap waspada terhadap bahaya lahar dingin.
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, kembali erupsi dengan meluncurkan awan panas guguran sejauh 2.500 meter
Asap kawah Gunung Sinabung teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 100-200 meter di atas puncak kawah.
Gempa mengguncang wilayah Pasaman, Sumatera Barat, pada Senin malam, pukul 23.05 WIB. BMKG mencatat intensitasnya sampai skala IV MMI.
Sehari sebelumnya, gempa darat terjadi di Langsa, Aceh. Pada hari yang sama gempa menggoyang dengan intensitas lebih kuat diKendari, Sulawesi Tenggara
Saat ini aktivitas vulkanik Gunung Sinabung berada pada status Level III (Siaga).
PVMBG bandingkan dengan rangkaian letusan Gunung Sinabung 2013-2015 lalu.
Sejauh ini telah terdata 258 hektare lahan tanaman kentang di tiga kecamatan hancur akibat abu dan debu letusan Gunung Sinabung.
Kini Gunung Sinabung berada pada status level III atau Siaga terhitung sejak 20 Mei 2019.
Dampak lahar dingin sekitar Gunung Sinabung juga memutus jalan dari Desa Selandi ke Perbaji dan Kuta Buluh di Desa Sukatendel
Sekolah di sekitar Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara, diliburkan dua hari akibat erupsi pada Rabu lalu.
Tim BPBD Kabupaten Karo meninjau sejumlah area yang dikategorikan sebagai zona merah area Gunung Sinabung setelah gunung itu erupsi lagi pagi tadi.
Gempa ini berada pada zona lindu sebelumnya yang bermagnitudo 5,6 pada 16 Januari 2017 dan gempa bermagnitudo 5,2 pada 14 Februari 2017.
Korban terjatuh setelah terjadi aksi saling dorong warga dan Satpol PP di Lantai 2 Kantor Bupati Karo.
"Kami ingatkan dan paksa warga keluar zona merah. Kalau ada sesuatu terjadi, seperti meninggal dunia karena tersapu awan panas, yang rugi kita semua."
Masyarakat Desa Lingga, Karo, menolak pembangunan tempat relokasi korban erupsi Gunung Sinabung. Lahan relokasi dianggap jalan potong menuju desanya.
Gunung Sinabung pertama meletus sekitar tahun 800.
Para korban merupakan warga Desa Gamber, Simpang Empat, yang sedang berkebun di ladang.
Ahli forensik yang dilibatkan dalam tim tersebut berjumlah 75 personel.
Seharusnya tidak boleh ada perubahan peruntukan di kawasan hutan lindung Karo karena bisa menyebabkan kawasan hilir dilanda bencana.