Pasukan Yonif 742/SWY ini membawa misi perdamaian di Maluku dan berisi personel TNI AD dari berbagai etnis, antara lain Sasak, Sambawa, Mbojo, Bali, Timor, Jawa dan Batak. Mereka sebelumnya sudah menjalani pelatihan keterampilan, selain pembekalan dari Asisten Operasi Kasum TNI Mayjend TNI Adam Damiri pekan lalu.
William dalam pelepasannya mengingatkan agar mereka bersikap sebagai prajurit TNI, dan bukan sebagai tentara Bali, Lombok, Timor, atau Jawa. ''Anggota TNI AD tidak boleh satu pun yang merasa dirinya tentara Jawa, Bali, Batak dan seterusnya,'' ujarnya. Kalau ada yang seperti itu, menurut pangdam, konsekuensinya harus keluar dari TNI.
Kepada prajurit, da Costa juga mengatakan, meski kini kondisi Maluku Utara sudah kondusif, namun dalam beberapa hari mendatang akan dilakukan pemilihan gubernur. Tidak mustahil, kata dia, hal itu juga akan menjadi pemicu ketegangan baru. Selanjutnya ia juga mengemukakan bahwa tugas prajurit Yonif 742 ini adalah tugas kemanusiaan, sehingga dimintanya tidak sampai terkecoh dan lupa tugas. ''Ingat kata-kata saya, kalian pergi sebagai pendamai,'' ujarnya. Mereka diyakini mampu bertugas mendamaikan bangsa sendiri. Kalau selama ini TNI pernah berhasil di luar negeri mendamaikan orang lain, kini juga harsu bisa mendamaikan saudara sendiri. (Moehammad S Khafid)