Demikian pernyataan delegasi ABG usai diterima anggota Komnas HAM BN Marbun, di Jakarta, Jumat (23/3). Elemen ABG terdiri dari Ampera, FND, LMND, Front Kota, Jaringan Kota, KM Trisakti, KM Perbanas, KM YAI, Famred, FNBI dan GMNI. Menurut data TEMPO, dalam dua bulan terakhir telah terjadi lima kali aksi kekerasan yang mewarnai demonstrasi mahasiswa.
Menurut Sekjen LMND, Simon, sekelompok massa hingga kini masih melakukan teror terhadap aksi massa yang menuntut pembubaran Partai Golkar. Teror terakhir terjadi pada dini hari 19 Maret lalu. Ketika itu sekelompok massa menyerang sekretariat LMND di Solo hingga ke tempat pondokan mahasiswa. ”Mereka menghancurkan aset organisasi,” tuturnya.
ABG menduga, para penyerang itu juga di belakang penyerangan kampus Universitas Atmajaya Jakarta pada 12 Maret, ketika aksi massa BEM-SI bentrok dengan BEMI. ”Artinya, aksi itu telah diorganisir,” kata dia.
Sementara beberapa mahasiswa Universitas Bung Karno dan tamu yang kebetulan mengunjungi kantor YLBHI di Jalan Diponegoro turut kena sasaran. Entah siapa yang memulai melempar batu, sekelompok massa bersenjatakan golok dan batu tiba-tiba langsung menyerang kantor YLBHI.
”Kami heran, kok justru polisi berpihak kepada massa BEM-SI,” kata seorang buruh Sunardi, yang waktu itu diangkut ke Polda Metro Jaya. Tercatat, mahasiswa UBK Leon, mengalami luka-luka.
BN Marbun mengakui adanya pelanggaran HAM yang terjadi, yaitu saat bentrokan yang terjadi antara kelompok BEM-SI dengan sekelompok mahasiswa dan masyarakat di kantor YLBHI. ”Aparat keamanan telah melakukan pembiaran ketika kejadian itu berlangsung,” ujarnya. (Jhonny Sitorus)