Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 1,173 poin ke posisi 365,983. Begitu juga halnya dengan indeks 45 saham terlikuid (LQ 45) yang terkoreksi 0,068 poin ke posisi 72,348. Perdagangan yang terjadi pada hari ini pun terlihat sepi yakni hanya 7933 kali transaksi, dengan jumlah saham sebanyak 303.046 lot saham, sehingga hanya menghasilkan nilai sebesar Rp 73,988 miliar.
Menurut analis ABN AMRO Bank Securities Indonesia, Ario W. Adhikari, penurunan tersebut diakibatkan oleh banyaknya investor yang mencoba untuk mengambil kesempatan melakukan aksi jual terhadap saham-saham berkapital besar. “Mereka mengharapkan untuk mendapatkan gain yang besar,” kata dia.
Perdagangan hari ini, kata Ario, lebih didominasi oleh trading yang kebanyakan dilakukan oleh investor lokal. “Investor asing masih belum berani berinvestasi di sini, mengingat situasi di sini yang masih kacau,” tambah dia.
Mengenai saham Sampoerna yang menurun secara tiba-tiba, yakni sebesar Rp 150 menjadi Rp 11.950, Ario berujar, para investor ingin kembali bernafas lagi setelah pada hari-hari sebelumnya membeli saham ini secara terus menerus. “Kemarin, saham ini naik karena bagusnya laporan keuangan perusahaan, namun saat ini mereka kembali trading,” lanjut dia.
Sedangkan saham Gudang Garam yang naik Rp 100 menjadi Rp 12.300, disebabkan para investor juga melakukan trading dan pembelian kembali (buy back) , setelah sebelumnya menjual saham tersebut. Sementara itu, saham Astra International ditutup melemah Rp 25 menjadi Rp 1300. “Dengan kondisi dalam negeri yang belum stabil, menguatnya rupiah tidak membuat saham ini juga menguat,” kata dia.
Untuk hari Senin besok (16/4), Ario memrediksikan, indeks masih cenderung tetap berada di kisaran 360-370, dan para investor pun masih menunggu kepastian adanya berita positif dari pertemuan dengan IMF. “Bila mereka jadi mengucurkan dananya, akan berpengaruh positif terhadap pasar, tapi hal itu masih jangka pendek dan belum sustainable,” imbuhnya.
Ario merekomendasikan, saham-saham yang akan naik masih di saham berkapitalisasi besar, namun para investor diperkirakan tetap melakukan trading di saham-saham tersebut. “Untuk saham second liners, saya kira saham yang akan naik adalah saham berfundamental baik, contohnya saham-saham farmasi,” kata dia.(Juke Illafi K)