Meskipun begitu, ia memperkirakan akan menimbulkan gelombang disintegrasi, seperti Aceh, Ambon, Maluku Utara, Sampit dan Irian Jaya serta Jawa Timur. Selain itu, bakal timbul kerusuhan-kerusuhan lokal dalam bentuk. “tension of local complain”. Karena, percepatan jatuhnya Presiden Abdurrahman Wahid akan menimbulkan perang urat syaraf (psy war) antar intelijen. “Gelombang psy war inilah yang sedang menerjang negara, bukan Gus Dur. Banyak penumpang gelap asing yang menjamin operasi intelijen ini,” tegas intelijen terbaik se Asia ini.
Menurut Manullang, Gus Dur bukanlah seorang negarawan, dia hanya seorang demokrat. Tapi Manullang mengakui kehebatan dan kegeniusan Gus Dur sebagai seorang demokrat. Kelemahan Gus Dur selama ini, kata Manullang, tidak memprioritaskan informasi inteljennya. Sehingga dia tidak berhasil melawan lawan-lawan politiknya, terutama dalam pembentukan opini publik.
Sedangkan Wapres Megawati, kata pengarang buku “Menguak Tabu Intelijen” ini, tidak lebih baik dari Gus Dur. Karena Megawati saat ini masih harus dikelilingi lawan-lawan politiknya, seperti Amien Rais, Akbar Tandjung, Hamzah Haz, Susilo Bambang Yudhoyono dan terutama kelompok-kelompok Islam radikal termasuk militer. Hal itu akan dimanfaatkan Gus Dur bersama PKB. “Jauh-jauh hari, informasi intelijen ini sudah diantisipasi oleh Polri, sebelum SI. Bahkan diperkirakan intelijen ini sudah berada di tengah-tengah dan sudah masuk dalam kelompok-kelompok Gus Dur,” ujar dia.
Manullang mengungkapkan, meskipun Megawati naik menjadi orang nomor satu di negara ini, tapi umur Megawati diperkirakan tidak sampai 2004, bahkan tidak sampai mencapai satu tahun. Karena Megawati saat ini sedang dikelilingi oleh militer. Untuk sementara militer akan mendukung Megawati, namun militer juga yang akan menurunkan Mega. “Siapa pun presidennya, yang tidak pro militer akan disikat. Mega kan anti militer. Yang pro militer, kan hanya Golkar, buktinya saat ini Golkar sudah membentuk kabinet bayangan,” jelas Manullang yang pernah berkiprah selama dua dekade di dunia intelijen.. (Karima Anjani/Adi Mawardi)