Menyambut acara tersebut, warga Madura akan melakukan konvoi dipimpin para ulama. Rutenya dari Bangkalan-Sampang-Pamekasan dan berakhir di Sumenep. Perhelatan wargsa Madura itu sendiri sudah diketahui aparat kepolisian, termasuk Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Sutanto. Sutanto memberikan tanggapan sangat hati-hati. Ia tidak yakin forum itu akan menghasilkan resolusi Madura merdeka bila Gus Dur dijatuhkan para wakil rakyat. "Saya yakin warga Madura mencintai negara kesatuan ini," ujar Kapolda.
Menurut Ja’far, mubes akan dipusatkan di lokasi makam Astatengki (Raja Besar) Sultan Saud di Sumenep. Ia menegaskan, tuntutan Madura merdeka itu akan ditentukan di forum tersebut. Kegiatan ini, menurutnya, sekaligus membuktikan bahwa pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid – mengenai ancaman lepasnya sejumlah daerah bila dirinya dijatuhkan— bukan sekadar isapan jempol. "Jadi, pernyataan Presiden benar-benar ada dasarnya," ujar Ja’far.
Ia menjelaskan gejolak di kalangan ulama dan massa akar rumput di Madura tersebut bukanlah harga mati. Syaratnya, Sidang Istimewa MPR membuang skenario penjatuhan terhadap Presiden Wahid. Tapi, ia sendiri tidak bisa memprediksi apakah perhelatan warga Madura itu akan menyurutkan langkah kalangan politisi di parlemen untuk melakukan pergantian pemerintahan. "Kita lihat saja nanti," tuturnya.
Yang pasti, jelas Ja’far, tuntutan Madura merdeka bila Gus Dur dijatuhkan tersebut telah menyebar di kalangan ulama-ulama besar. Mereka pula yang akan mengomando massa di empat kabupaten dalam acara mubes tersebut. Ia kemudian menyebut KH Abdullah dari Bangkalan, lalu KH Muhaimin, KH Subaidi dan KH Machrus dari Sampang, KH Kolilul Rochim dan KH Hamid Manan dari Pamekasan dan KH Ilyas dan KH Basyir dari Sumenep.
Panitia Mubes juga melayangkan undangan kepada KH Alawy Muhammad dari Sampang, yang afiliasi politiknya pada PPP. Namun, Ja’far tidak bisa memastikan apakah Kiai Alawy akan memenuhi undangan tersebut. "Tim formatur mubes berjumlah 11 orang, terus menggodok tuntutan Madura merdeka termasuk penataan sistemnya," ujarnya. (Adi Sutarwijono)