Usman, yang ketika ditemui mengenakan kaos oblong warna hitam bergambar sebuah banteng mengintip bertuliskan Brigas, dan bercelana panjang loreng, mirip celana TNI, mengatakan, Brigas tidak sama dengan satgas PDIP. Brigas bertindak berdasarkan komando langsung dari Panglima Brigas. Namun hingga kini, Panglima Brigas, mantan aktivis Pius Lustrilanang dan Sekretaris Jenderal Brigas Cepy Wartono serta koordinator daerah (Korda) Brigas Suryadi belum memberikan komando agar Brigas turun saat SI berlangsung.
Usman yang tampak terlihat lusuh dan kotor, karena baru memperbaiki markasnya yang akan diresmikan 21 Juli oleh Ketua Umumnya Megawati ini, menuturkan sampai saat ini jumlah anggota Brigas se DKI sekitar 200 orang. Mereka dididik secara khusus. Bagi orang atau siapa saja yang ingin menggunakan Brigas harus melalui permintaan resmi leawt surat, dengan mencantumkan tujuan dan even-even pengamanan. “Jadi tidak sembarang orang menggunakan Brigas,” ujar dia.
Meski umurnya baru 2 tahun, namun Brigas yang berasal dari singkatan “Barisan Rakyat Indonesia Penjaga Demokrasi Siap Antar Mega Menjadi RI Satu” telah merambah seluruh propinsi dan daerah-daerah terpencil. Dengan struktur yang rapi, Brigas tidak sama dengan Satgas PDIP yang tidak terkordinasi dengan jelas. “Kalau satgas PDIP bisa digunakan oleh siapapun dan tidak terkordinir, tapi Brigas tidak,” ungkap Usman. (Adi Mawardi)