Menurut Jumari, pertunjukan kuda lumping Putra Bhakti ini sudah tujuh tahun mengisi acara di Jakarta Fair. Untuk saat ini mereka semua ditampung di Bekasi, karena mereka berasal dari Surabaya. Dia mengaku tidak tahu berapa besar kontrak dengan penyelenggara. Urusan kontrak sudah diatur kantor, mbak," ujarnya, Jumat (14/6) malam. Namun, kalau ada pribadi yang mau menyewa biayanya Rp 1 juta ditambah uang jemputan dari Bekasi ke lokasi pertunjukkan.
Rombongan yang berjumlah sekitar 10 orang ini terdiri dari bapak, ibu, remaja dan anak kecil. Bahkan pemain terkecil berusia sekitar dua tahun. Anak-anak ini sepertinya tidak gentar terhadap bunyi gelegar yang berasal dari cemeti. Bahkan anak yang berusia dua tahun dan dipanggil Thole dengan santai tetap berjoget mengikuti suara gendang dan gamelan. Padahal sesaat yang lalu tubuhnya habis di cambuki, bahkan kepalanya yang kecil juga ikut dicambuki.
Ketika ditanya apakah kesakitan atau tidak, dengan suara kecilnya dia menjawab, nggak, enak. Begitu juga ketika ditanya apakah dia mau lagi, dia mengangguk. Setelah itu, si Thole ini diberi contoh bagaimana caranya memakan api oleh pemain yang usianya remaja. Thole segera menirukan gayanya, tapi belum sampai api masuk ke mulut kecilnya, serta merta dia menutup mulutnya. Sang bapak kembali mencambukinya dan mengatakan, "ayo kerja dulu."
Pertunjukkan mampu menarik minat pengunjung yang datang bersama dengan keluarganya. Bahkan prajurit yang berjaga juga ikut menyaksikan pertunjukan ini. Pengunjung wanita tampak menjerit dan mengernyitkan dahinya ketika anak-anak ini dicambuki. Seorang anak kecil yang berada di dalam gendongan ibunya menutup kedua telinganya karena bunyi cemeti yang memang terasa sakit di telinga.
Sementara pengunjung berdiri terpaku menyaksikan pertujukan itu, seorang wanita yang berasal dari rombongan mengedarkan baskom untuk menarik derma dari pengunjung. Pengunjung dengan senang hati memasukkan uang ala kadarnya ke dalam baskom yang diedarkan oleh si wanita itu. Saya senang dengan pertunjukan itu, ujar Yani, 28 tahun, yang datang ke Jakarta Fair bersama suami dan anaknya yang baru berusia dua tahun. Warga Asia Baru, Jakarta Barat ini mengaku terkesan dengan Jakarta Fair 2003. Menurutnya acara-acara di Jakarta Fair 2003 bagus. Walaupun dia harus datang dengan menggunakan taksi namun hal itu telah terbayar dengan kepuasaannya menyaksikan berbagai macam stand di Jakarta Fair. Yani berharap tahun depan pelaksanaan Jakarta Fair bisa lebih baik dan lebih asyik lagi. (Dewi RetnoTempo News Room)
Baca Juga: