Selain itu Sudria menambahkan bahwa kualitas rumput yang dibelinya saat ini jauh lebih buruk ketimbang saat ini membeli di musim hujan kemarin. Padahal kualitas rumput sangat mempengaruhi perkembangan sapi, katanya. Sudria mengaku terpaksa membeli rumput kualitas jelek.
Hal senada diungkapkan oleh Dedi, salah seorang peternak sapi perah di Padarek, kecamatan Lemahsugih. Dedi terpaksa mencari rumput segar hingga ke lereng Cakrabuana yang jaraknya 10 kilometer dari desanya untuk 10 sapi perahnya. Untuk mengejar waktu saya harus berangkat selesai sholat subuh dari rumah, tuturnya. Namun saat pulang Dedi menyewa kendaraan colt terbuka dengan ongkos angkut Rp 2.500 per pikul. Jadi ongkos yang harus dikeluarkan lebih banyak lagi.
Selain mengambil rumput di lereng Cakrabuana, Dedi pun membeli dari Tasikmalaya melalui tengkulak rumput dengan harga Rp 3.500 per pikul. Biasanya Dedi hanya mengambil rumput di sekitar desa yang memang memiliki padang rumput yang cukup luas.
Dalam sehari dari 10 ekor sapi perah ia bisa mendapatkan 10 liter susu. Namun jika kualitas rumput yang dimakan sapi jelek, maka susu yang dihasilkannya pun jelek. Dedi dan peternak lain khawatir jika musim kemarau berkepanjangan maka kualitas dan daging sapi yang mereka pelihara pun merosot.
Kepala Dinas Peternakan kabupaten Majalengka, Ir. Rahmat Rukmana, membenarkan adanya kesulitan rumput segar di kalangan peternak sapi dan kambing. Kesulitan tersebut diakibatkan bergantinya musim menjadi musim kemarau, tuturnya. Akibat sulitnya mendapatkan rumput untuk pakan ternak sapi, daerah di Majalengka yang terkenal sebagai pemasok daging sapi dan kambing, seperti Talaga, Banjaran, Maja, Lemahsugih, Kertajati, Babakan Jawa, Rajagaluh, Sadarehe, Cikaracak, dan Argapura mengalami penurunan kualitas ternak.
Menurut Rahmat, solusinya antara lain pemeliharaan lereng gunung dari erosi dan penggundulan hutan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengembangkan pembuatan dendeng rumput (rumput oven) dua bulan sebelum musim kemarau. Kendalanya, kata Rahmat, pembuatan dendeng rumput butuh ruangan yang cukup besar serta peralatan yang sangat mahal. Padahal banyak dari peternak yang hanya memiliki dua atau tiga ekor, sedangkan dendeng rumput ini biasanya dilakukan oleh peternak besar yang memiliki sapi diatas 15 ekor, ujar Rahmat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo News Room, pasar hewan Kadipaten, kabupaten Majalengka, rata-rata menerima sapi untuk dikirim ke Jakarta sebanyak 40 ekor sapi per hari dan 100 ekor kambing per hari. Ternak itu dipasok dari daerah yang saat ini mengalami kekeringan cukup parah.
ivansyah-Tempo News Room