TEMPO Interaktif, Jakarta: Ratusan pengemudi bajaj, Rabu (6/8) pagi menggelar aksi mogok di sepanjang jalan Pejompongan, persis di seberang kantor Pantai Nasionalis Bung Karno (PNBK) pimpinan Eros Djarot. Dalam aksinya, selain menggelar sejumlah sepanduk yang menolak angkutan mini kancil, mereka juga memarkir bajaj persis di pinggir jalan.
Menurut Darmo, salah seorang pengemudi bajaj, aksi mogok terpaksa mereka lakukan karena pemerintah DKI memberikan ijin operasional terhadap mobil mini kancil yang bisa menyaingi bajaj. Dalam pandangan mereka, kendaraan bajaj tidak akan bisa bersaing dengan kendaraan mini kancil mengingat, kondisi kendaraan mini kancil yang jauh lebih baik dan baru.
Bagaimana dan dengan cara lagi kami harus mencari uang untuk menghidupi anak dan istri, tidak ada kancil saja sudah kesulitan penumpang lalu bagaimana jika kendaraan mini kancil mulai beroperasi, kata Darmo disela-sela aksi mogok tersebut.
Darmo yang rata-rata memperoleh penghasilan kotor antara Rp 30-75.000 perhari mengaku, pihaknya cukup kesulitan mencari penumpang karena sudah terlalu banyak jumlah angkutan sejenis yang beroperasi di Jakarta. Untuk itu aksi mogok selain karena protes juga dilakukan karena solidaritas sesama pengangkut bajaj di Jakarta.
Dalam aksinya, mereka menutupi bajaj dengan sejumlah poster berisi protes dan penolakan diberlakukannya kendaraan mini kancil. Selain itu, setiap kendaraan juga dilengkapi dengan bendera merah putih yang mereka pasang setengah tiang pada bagian belakang kendaraan. Ini juga bentuk keprihatinan kita ditengah-tengah perayaan HUT RI, katanya.
Aksi serupa dilakukan oleh para pengemudi bajaj yang biasa mangkal di Monumen Nasional (Monas). Pantauan Tempo News Room di depan gedung Garuda Indonesia, deretan bajaj terlihat memanjang di pinggir jalan. Namun, tidak semua pengemudi bajaj mogok hari ini, di depan stasiun Gambir misalnya, ada bajaj yang beroperasi. (Ecep S. YasaTempo News Room)