Grasi Ditolak, Hukum Luar Biasa Ditempuh

TEMPO Interaktif, Tangerang: Empat dari lima terpidana mati yang ditolak grasinya oleh presiden akan mengajukan upaya hukum luar biasa lewat peninjauan kembali (PK). Mereka adalah Namaona Denis, warga negara Malawi (Afrika) yang mendapatkan salinan Keputusan Presiden nomor 10/G; Indra Bahadur Tamang (Nepal) yang mendapatkan Keppres 11/G; Hansen Anthony Nwalisa (Nigeria) yang mendapatkan Keppres 13/G dan Samuel Iwu Kholisan Okoye (Nigeria) yang mendapatkan Keppres 15/G. Sementara itu, Muhamad Hafeez asal Karachi (Pakistan) yang serupa dengan Samuel mendapatkan Keppres 15/G pada 9 Juli 2004, belum memberikan reaksi apa-apa. "Undang Undang tidak menentukan kapan waktu PK. Eksekusi saja saya belum tahu. Semua menunggu selesainya proses hukum dan berkekuatan hukum tetap. Yang jelas, jika waktu eksekusi tiba, pihak kejaksanaan siap melaksanakan tugas," kata Kepala Kejaksaan Negeri Tangerang,, Suratno kepada TNR, Selasa (10/8).Saat ini, Denis dan Indar mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang khusus narkoba, sementara Hansen dan Samuel menjalani hukuman di LP Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah. Secara terpisah, Hafeez mendekam di LP Pemuda Tangerang. Walau demikian, kata Suratno, para terpidana mati itu nantinya harus dieksekusi di wilayah hukum Tangerang, karena divonis oleh Pengadilan Negeri Tangerang. Ayu Cipta - Tempo News Room