Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Derita Nadir Pasca Helsinki

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur:Nadir bin Yusuf, 29 tahun, seorang mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM), belum bisa menikmati sepenuhnya perjanjian damai yang ditandatangani antara petinggi GAM dengan pemerintah Indonesia di Helsinki, Agustus 2005. Hingga kini sebuah peluru bersarang di kemaluannya saat terjadi kontak tembak dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari sebelum perjanjian damai diteken.Saat itu, perut para geriliawan GAM mulai terasa lapar. Bekal yang bisa dimakan sudah habis. Nadir dan empat rakan sepasukannya turun gunung, mencari beras dan beberapa keperluan lainnya. Di tengah perjalanan mereka disambut desingan peluruh milik TNI. Kontak tembak antara pasukan GAM wilayah Paseh dengan TNI pun terjadi.Namun Nadir bernasib sial. Pemuda kelahiran Nisam, Aceh Utara itu, tertembak tepat di alat vitalnya. Nadir terluka cukup parah. Serpihan peluruh bersarang di kemaluannya. Di Aceh, dia mendapatkan perawatan yang sangat minim. Atas inisiatif rekan sepasukannya, Nadir dilarikan ke Malaysia secara ilegal dengan tujuan berobat.Mereka mempersiapkan keperluan ala kadarnya. Nadir dan lima rakannya berangkat dari Lhokseumawe, Aceh, menuju Tanjung Balai Asahan, Medan. Dari Medan mereka menuju Batam, kemudian memasuki Malaysia melalui negara bagian Johor dan menetap di Selayang, Selangor, setelah mendapat kartu dari kantor perwakilan UNHCR di Kuala Lumpur.Nadir mendapat bantuan pengobatan dari NGO - JRS (Jesus Refuges Service). Namun belum maksimal. Serpihan peluruh yang kecil belum bisa diangakt semuanya. Timah itu masih tertanam dalam batang kemaluan Nadir. Ternyata Nadir tidak sendiri dalam lindungan JRS. Terdapat tujuh mantan anggota GAM lainnya yang dirawat di Malaysia akibat luka tembak yang terjadi sebelum tertekennya perjanjian damai RI-GAM.Saat bertemu Tempo di ruangan kerja Duta Besar KPH Rusdihardjo, Nadir tampak sehat, walau begitu, ternyata "senjatanya" masih tidak bisa berfungsi secara maksimal.Nadir pun melayangkat surat yang ditandatangani tanggal 10 Juli 2006 ke Kedutaan Besar Republik Indonjesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Atase Pertahanan KBRI, Kolonel (Inf) Hartind Asrin menghadap bosnya, KPH Rusdihardjo, selaku Duta Besar RI untuk Malaysia. Kolonel Hartind, menyampaikan permintaan bantuan dana operasi Nadir. Dubes Rusdihardjo menyetujui untuk memberi dana bantuan kemanusiaan itu sebanyak 10 ribu ringgit Malaysia atau sekitar Rp 27 juta.Maka pada tanggal 24 Juli silam, Nadir berbaring di meja operasi di Rumah Sakit Tawakkal, sebuah rumah sakit swasta di jantung kota Kuala Lumpur. Operasi itu dikomandani oleh ahli bedah rumah sakit tersebut, Datuk Dr. Hussein bin Awang dengan memakan waktu dua jam.Hingga kini, Nadir belum sembuh total. Nadir ingin cepat sembuh agar bisa pulang menikmati perdamaian di Ranah Rencong. "Perjanjian damai Helsinki telah diteken, tapi saya masih menanggung penderitaan, dan mungkin penderitaan ini memakan waktu yang panjang," kata Nadir dalam satu kesempatan wawancara dengan Tempo di Kuala Lumpur.T.H. Salengke, Tempo
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Soal Qanun Bendera, DPR Aceh Bentuk Pansus  

12 Oktober 2015

Pawai bendera bulan bintang di Banda Aceh, Senin (1/4). Masyarakat menilai bendera Gerakan Aceh Merdeka dulunya, telah menjadi bendera Provinsi Aceh, setelah Dewan Perwakilan Rakyat Aceh mengesahkan Qanun Bendera dan Lambang Aceh. TEMPO/Adi Warsidi
Soal Qanun Bendera, DPR Aceh Bentuk Pansus  

Pansus akan bertemu Presiden membahas bendera Aceh.


Polemik Bendera Aceh, Presiden Jokowi Diminta Turun Tangan

24 Agustus 2015

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, resmikan pengerjaan bendungan Krueng Keureuto Aceh Utara, Aceh, 9 Maret 2015. Waduk raksasa seluas 994 hektare yang menelan biaya APBN sebesar Rp 1,7 triliun itu mampu menampung 215 juta kubik air, dan siap dikerjakan dalam 4 tahun. ANTARA/Rahmad
Polemik Bendera Aceh, Presiden Jokowi Diminta Turun Tangan

Anggota Dewan Aceh menilai Presiden perlu turun tangan agar polemik antara Aceh dan Jakarta itu segera selesai.


DPR Aceh: Pengibaran Bulan Bintang Hal Wajar  

16 Agustus 2015

Anggota DPRK mengibarkan bendera Bulan Bintang berdampingan dengan bendera Merah Putih di halaman Masjid Agung Islamic Centre Lhokseumawe, Aceh, 15 Agustus 2015. Pengibaran bendera yang dilakukan oleh anggota dari Partai Aceh itu dalam rangka memperingati 10 Tahun Perdamaian di Aceh. ANTARA/Rahmad
DPR Aceh: Pengibaran Bulan Bintang Hal Wajar  

Pengibaran bendera bulan bintang sesuai keinginan warga Aceh yang minta agar pemerintah memberlakukan Qanun Nomor 3 Tahun 2013.


Jelang HUT RI, Anggota DPR Aceh Kibarkan Bendera Aceh

15 Agustus 2015

Pawai bendera bulan bintang di Banda Aceh, Senin (1/4). Masyarakat menilai bendera Gerakan Aceh Merdeka dulunya, telah menjadi bendera Provinsi Aceh, setelah Dewan Perwakilan Rakyat Aceh mengesahkan Qanun Bendera dan Lambang Aceh. TEMPO/Adi Warsidi
Jelang HUT RI, Anggota DPR Aceh Kibarkan Bendera Aceh

Pengibaran bendera Aceh itu dilangsungkan dalam sebuah upacara di Lhokseumawe.


Kibarkan Bendera GAM, Aksi Mahasiswa Dibubarkan Polisi

15 Agustus 2015

Sejumlah warga yang tergabung dalam Organisasi Masyarakat Rakyat Aceh (ORMAS RAYA) mengelar pengibaran bendera raksasa di menara Telkom Idi Rayeuk, Aceh Timur, Aceh, 15 Agustus 2015. Bendera Raksasa yang ukuran 27 x 15 meter dikibarkan dalam rangka menyambut 10 Tahun Perdamaian Aceh dan HUT Kemerdekaan RI ke-70. ANTARA/Syifa Yulinnas
Kibarkan Bendera GAM, Aksi Mahasiswa Dibubarkan Polisi

Polisi menghentikan aksi mahasiswa setelah melepaskan tembakan peringatan ke atas.


Peringati 10 Tahun Damai, Warga Aceh Gelar Doa Bersama

15 Agustus 2015

Seorang pengunjung memperhatikan sebuah foto di ruang memorial Dinas Kesbang Linmas Aceh. Ruang memorial itu disiapkan menyambut peringatan 10 tahun perdamaian Aceh, 8 Agustus 2015. TEMPO/Adi Warsidi
Peringati 10 Tahun Damai, Warga Aceh Gelar Doa Bersama

Peringatan sepuluh tahun perdamaian di Aceh tidak semeriah tahun sebelumnya.


7 Bendera GAM Berkibar, Apa Kata Sutiyoso?  

30 Juli 2015

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kiri) bersama Kepala BIN Sutiyoso usai memberikan keterangan pers terkait insiden Tolikara, Papua di Istana Negara, Jakarta, 22 Juli 2015. Sutiyoso menjelaskan insiden Tolikara disinyalir sebagi usaha untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo. TEMPO/Subekti.
7 Bendera GAM Berkibar, Apa Kata Sutiyoso?  

Belum ada kesepakatan perubahan terhadap qanun bendera dan lambang Aceh antara pemerintah Aceh dan pemerintah pusat.


Polemik Bendera Aceh, Gubernur Zaini: Tunggu Tanggal Mainnya

6 Mei 2015

Pawai bendera bulan bintang di Banda Aceh, Senin (1/4). Masyarakat menilai bendera Gerakan Aceh Merdeka dulunya, telah menjadi bendera Provinsi Aceh, setelah Dewan Perwakilan Rakyat Aceh mengesahkan Qanun Bendera dan Lambang Aceh. TEMPO/Adi Warsidi
Polemik Bendera Aceh, Gubernur Zaini: Tunggu Tanggal Mainnya

Menurut Zaini tindakan menaikkan bendera bulan bintang bukan hal yang harus diputuskan begitu mendadak.


Ketua DPR Akan Kibarkan Bendera Aceh, Sekretaris Mencegah  

4 Mei 2015

Bendera Aceh berlambang bulan sabit. ANTARA/Ampelsa
Ketua DPR Akan Kibarkan Bendera Aceh, Sekretaris Mencegah  

Polemik tentang bendera Aceh telah berlangsung lama. Pemerintah menilai mirip dengan bendera Gerakan Aceh Merdeka.


Pembuat Bendera GAM di Pekalongan Dilepaskan  

6 September 2014

Bendera Aceh berlambang bulan sabit. ANTARA/Ampelsa
Pembuat Bendera GAM di Pekalongan Dilepaskan  

Herlina mengira bendera itu hanya bendera partai politik biasa.