Iklan
TEMPO Interaktif, Kediri: Memasuki musim kemarau, belasan ribu warga di Kabupaten Kediri, Jawa Timur mulai dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Sumber air dan sumur warga kering dan tidak ada tandon air."Untuk sementara warga kami bertahan dengan memanfaatkan dua sumber air yang masih tersisa. Tapi kami perkirakan hanya bisa mencukupi kebutuhan seminggu ke depan," kata Doniyanto, Kepala Desa Tarokan, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Minggu. Tempo mengamati di daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Nganjuk itu, kawasan yang paling sulit mendapat air bersih adalah lingkungan Judel dan Sumbersoko, Dusun Sukorejo, Desa/Kecamatan Tarokan. Warga mengaku sejak subuh dinihari harus berjalan kaki menuju sumber air Belik Loh dan Adas yang berjarak sekitar 1 kilometer dari perkampungan."Sudah antri dan berjalan jauh, kadang ketika tiba giliran mengambil air, airnya sudah tidak ada," kata Wage, salah seorang warga setempat.Untuk mengatasi persoalan itu, Pemerintah Kabupaten Kediri meminta warga membuat surat permohonan bantuan air bersih. Dengan surat itu, pemerintah bisa mengirim air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum. Pasalnya, saat ini pemerintah menganggap masih ada curah hujan sehingga belum perlu pengiriman air bersih."Jika tidak ada surat permintaan, bagaimana kami bisa tahu berapa banyak air bersih yang diperlukan," kata Sigit Raharjo, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemkab Kediri saat dihubungi Tempo via telepon. Kesulitan air bersih diperkirakan melanda 13.160 jiwa warga Kabupaten Kediri. Mereka tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Tarokan, Mojo, Ngancar dan Kepung. Dari perhitungan Pemkab Kediri, kebutuhan air bersih per hari bagi 13.160 jiwa sebanyak 105.280 liter. Jika ditotal selama sebulan kebutuhan bulanan untuk seluruh warga yang kekurangan air mencapai 3.158.400 liter."Perhitungan itu berdasarkan standard kesehatan, kebutuhan air bersih per orang tiap hari minimal sebanyak 8 liter," kata Sigit.Dwijdo U. Maksum
Iklan
