Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Air di Bengawan Solo, terutama yang mengalir di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, hingga di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tidak layak konsumsi. Ditemukan adanya kandungan asam nitrat yang terlalu tinggi sehingga berbahaya untuk kesehatan.Demikian hasil temuan di Pengelolaan Data Hidrologi Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Bengawan Solo untuk wilayah eks Karesidenan Bojonegoro, yang membawahi Bojonegoro, Tuban dan Lamongan.Hasil penelitian yang berakhir pada bulan Mei lalu itu menyebutkan, ada beberapa kandungan berbahaya, dan kadarnya sudah di atas ambang batas, sehingga masyarakat diminta tidak mengkonsumsi.Menurut Koordinator Pengelolaan Data Hidrologi BPSDA Bojonegoro, Harjono, penyebabnya tingginya kandungan kimia, seperti asam nitrit, juga fenol, karena beberapa penyebab. Di antaranya terjadinya pencemaran dari hulu sungai. Misalnya, pembuangan limbah dari pabrik tekstil dan sejenisnya di Kota Solo dan sekitarnya.Kondisi ini diperparah dengan debit air di musim kemarau yang relatif kecil. Makanya hasil temuan dari kita, tetap disebarkan ke sejumlah instansi pemerintah, katanya kepada Tempo, Senin, (7/7).Dia mencontohkan, ambang batas normal harusnya berada pada angka 0,60, tetapi setelah dilakukan penelitian air di beberapa titik, seperti di kawasan Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, juga di Padangan, dan air Bengawan Solo di sebelah barat Pasar Besar Bojonegoro, hasilnya kadar air sudah di atas ambang batas normal.Pihak BPSDA Bojonegoro berharap agar pengelola waduk di Wonogiri untuk menggelontorkan air. Upaya ini, untuk mengurangi tingkat pencemaran air, terutama pada musim kemarau sekarang. Masalahnya, apakah air di waduk masih tersedia banyak atau tidak, katanya pula.Meskipun sudah keluar penelitian soal kwalitas air yang tak layak konsumsi, tetapi sejumlah Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) tetap menggunakannya. Misalnya PDAM Kecamatan Padangan, Bojonegoro, juga PDAM Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Bahkan masyarakat pun juga menggunakan air dari Bengawan Solo, untuk dikonsumsi langsung sebagai air minum.Pemakaian air Bengawan Solo juga diambil oleh PDAM Lamongan. Bahkan, kabupaten ini pada musim kemarau hampir semua masyarakatnya menggantungkan air dari sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.Lokasi PDAM Padangan berada di Desa Ngoken. Airnya didistribusikan kepada sedikitnya 5.000 warga di kecamatan paling barat Bojonegoro ini. Kondisi airnya pun mengkhawatirkan karena berubah menjadi cokelat, mirip air teh. Begitu juga kwalitas air PDAM di Cepu, yang warnanya tak jauh berbeda, yaitu mirip air teh.Menurut Kepala PDAM Bojonegoro, Darmawan, PDAM Padangan, pada musim kemarau ini sudah tidak mengambil air dari Bengawan Solo, tetapi mengamil air dari sumur bor. Benar. Pada musim kemarau PDAM Padangan, mengambil dari sumur bor. Kami mengambil air sungai Bengawan Solo pada musim hujan, katanya.Sementara itu, pihak Pemerintah Kabupaten Lamongan meminta agar PDAM di kabupaten ini, membuka layanan call centre, setelah adanya keluhan masyarakat terhadap kwalitas air yang mengalir ke rumah penduduk. Bapak Bupati sudah memerintahkan agar PDAM membuka layanan call centre, kata juru bicara Pemkab Lamongan, Aris Wibawa.Dalam dua pekan ini, masyarakat Lamongan mengeluhkan kwalitas air PDAM yang dianggap tidak layak konsumsi. Air yang mengalir di rumah penduduk kini berwarna cokelat. sujatmiko
Iklan
