Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antara Aroma Edelweis dan Belerang

image-gnews
Iklan

Menjelang Agustus tahun ini, saya teringat pada pendakian ke Gunung Welirang, Jawa Timur. Dua tahun telah lewat sejak kami mendaki gunung dengan ketinggian 3.156 meter di atas permukaan laut itu pada pertengahan Agustus 2006. Ketika baru merencanakan pendakian ke gunung yang menghasilkan belerang itu, saya sudah terbayang Kota Malang, 90 kilometer sebelah selatan Surabaya. Kota Malang berhawa dingin, dikelilingi beberapa gunung. Selain Welirang, ada Bromo, Gunung Arjuno, dan Semeru.

Hari masih pagi. Jam di pergelangan tangan saya baru menunjuk pukul 07.30 ketika kereta api Pasundan yang kami tumpangi siap meninggalkan Stasiun Kiara Condong, Bandung. Kereta kelas ekonomi itu akan menempuh perjalanan sekitar 15 jam menuju Surabaya.

Memasuki Stasiun Semut, Surabaya, hari sudah malam. Jam saya menunjuk pukul 22.00. Bersama Budi Bungsu, 25 tahun, seorang teman dari Himpunan Pencinta Alam Manapugiri Bandung, kami pun turun dari kereta. Seraya menunggu pagi, malam itu kami beristirahat di Stasiun Semut.

Perjalanan kami lanjutkan esok pagi dengan bus menuju Pandaan. Lagi-lagi kami harus naik angkutan kelas ekonomi. Tak masalah, sebagai pendaki gunung, fisik kami cukup kuat.

Matahari mulai merangkak tatkala kami memulai pendakian dari Tretes--salah satu kawasan wisata yang terkenal di Jawa Timur. Di sana terdapat obyek wisata air terjun Kakek Bodo, dengan tinggi sekitar 25 meter, yang airnya berasal dari Gunung Welirang. Selain itu, berada di Tretes, saya teringat keindahan Puncak, Bogor, atau Lembang di Bandung.

Seperti halnya pendakian yang biasa kami lakukan, kali ini kami terlebih dulu melapor kepada petugas di Pos Pendakian Gunung Arjuno Welirang di Tretes. Kepada Mas Agus, si petugas, kami memberitahukan bahwa kami akan melakukan pendakian selama empat hari.

"Mas, apakah ada pendaki dari Bandung yang melewati jalur sini?" kata saya.
"Tidak ada," kata Agus. "Mungkin ada, tapi lewat jalur Lawang, dengan terlebih dulu mendaki Gunung Arjuno," ujarnya sambil berpesan agar kami berhati-hati dan menjaga kelestarian hutan serta bersikap sopan.

Dari pos, kami pun mulai mendaki melewati jalan yang dikenal dengan sebutan Pet Bocor (artinya pipa air bocor). Jalan berbatu, dari Pet Bocor menuju tempat yang disebut Kop-kopan, merupakan jalan mobil untuk mengangkut biji belerang.

Matahari sudah tinggi ketika kami tiba di Kop-kopan, tempat terdapat air mengalir dari Gunung Welirang. Kop-kopan adalah tempat para penambang belerang mengumpulkan belerang yang dibawa dari puncak Welirang. Setelah terkumpul, belerang ditimbang dan dijual kepada penampung, untuk seterusnya diangkut ke Tretes.

Bagi pendaki gunung, Kop-kopan sering juga dimanfaatkan untuk beristirahat, baik yang sedang mendaki maupun yang pulang mendaki. Saat beristirahat itulah kami mengisikan air, yang terasa dingin, untuk persediaan ke puncak gunung.

Di Kop-kopan tampak masyarakat sibuk dengan aktivitasnya mencari penghidupan dari hasil alam berupa belerang. Saya sempat tertegun menyaksikan para penambang yang tampak begitu kuat. Bayangkan, mereka menambang belerang dari pinggir kawah di puncak, lalu dengan roda kecil yang didesain khusus mereka membawa belerang itu ke tempat penampungan sementara di daerah Kijang, atau sering disebut Pondok Welirang. Setelah disimpan sementara di sana, esoknya belerang dipikul untuk dibawa turun menuju Kop-kopan.

Saya sempat memperhatikan bahu para penambang yang tampak melengkung. Seorang penambang tampak sedang asyik membuat hiasan pot bunga edelweis dari belerang. Ia menceritakan cara pembuatannya. Batang edelweis dilumuri dengan belerang yang meleleh, lalu dikeringkan. Hasilnya sangat indah. Satu pot bunga edelweis dijual Rp 5.000.

Cukup sejenak mengaso, kami melanjutkan pendakian menuju Pondok Welirang, yang membutuhkan waktu enam jam. Hutan yang kami lewati lebat dengan pepohonan beragam, seperti cemara gunung dan rasamala. Jalan penuh dengan tanjakan berpasir, membuat napas terasa sesak jika tidak memakai masker. Ilalang setinggi pinggang siap menghadang di balik semak-semak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kicau burung terdengar indah mengiringi pendakian kami.

Dengan perjuangan yang keras, apalagi dengan beban yang lumayan berat di punggung, kami menerobos semak belukar dan tanah berpasir. Angin bertiup kencang, membuat daun-daun pohon bergoyang-goyang serta menimbulkan suara berdesis.

Akhirnya kami sampai pada suatu tempat yang oleh penduduk disebut Pondok Welirang. Ini merupakan lokasi sementara untuk menyimpan belerang. Tampak gubuk-gubuk berjejer, dengan tinggi dua meter, terbuat dari ilalang, sebagai tempat tinggal bagi para penambang.

Di tengah suhu udara sekitar 10 derajat Celsius, kami numpang beristirahat di dalam salah satu gubuk yang kosong. Sementara itu, hari mulai gelap, jam menunjuk pukul 18.00, kami pun mendirikan tenda. Untuk memasok energi yang terkuras, kami memasak. Makan malam dilanjutkan dengan menikmati secangkir wedang jahe panas, sungguh mengasyikkan. Apalagi di tengah suasana asri, berada di lembah dengan sekeliling pohon-pohon pinus, dalam temaram cahaya bulan.

Angin malam mengalir ramah berembus dari lembah-lembah sekitar Pondok Welirang. Di langit, bintang-bintang bertaburan. Dalam dinginnya malam, cahaya bintang dan bulan menciptakan berbagai nuansa yang tak akan dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00. Kami pun tidur, untuk menghimpun tenaga guna melanjutkan pendakian ke puncak esok pagi.

Hari masih sangat pagi tatkala kami terbangun oleh suara angin yang kencang. Sekitar pukul 03.00, kami bersiap-siap untuk berangkat mendaki ke puncak, yang membutuhkan waktu sekitar tiga jam.

Embusan udara dingin dan suara-suara binatang malam menemani perjalanan kami menuju puncak. Ilalang setinggi pinggang dan tanjakan-tanjakan menghadang perjalanan kami. Sementara itu, aroma tumbuhan cantigi dan bunga edelweis yang khas mulai tercium. Itulah yang dinamakan bunga cinta sejati oleh para pencinta alam.

Karena rute menanjak dan berbatu, dalam pendakian menuju puncak dengan kemiringan sekitar 75 derajat itu kami dituntut ekstrahati-hati. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya sampailah kami di puncak Gunung Welirang. Di bawah puncak terlihat sebuah kawah yang menyemburkan gas belerang. Matahari pelan-pelan terbit di ufuk timur. Hamparan mega putih menyelimuti puncak gunung; langit merah jingga, indah sekali. Menikmati pemandangan yang cantik itu, terbit rasa damai dan tenteram di hati. Lelah dan capek seakan lenyap.

Ingin rasanya berlama-lama di puncak, tapi perjalanan kami masih panjang untuk kembali ke Tretes. Sekitar pukul 08.00, kami turun. Matahari mulai naik semakin tinggi. Udara yang tadinya terasa membeku mulai menghangat. Begitu turun, kaki serasa lepas melangkah. Perjalanan turun terasa lebih cepat. Setelah kurang-lebih lima jam, kami tiba di Tretes dengan selamat. (Koran Tempo)

IMAM SAEPUDIN, PENDAKI GUNUNG TINGGAL DI BANDUNG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

5 April 2018

Seorang pengunjung bermain perahu layar pada saat sunset atau matahari terbenam di Pulau Boracay, Filipina, 17 Januari 2016. REUTERS/Charlie Saceda
Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

White Beach, Pulau Boracay, merupakan tempat tujuan pantai terbaik kedua di Asia oleh TripAdvisor ditutup mulai 26 April, puncak liburan musim panas.


Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

14 Februari 2018

Suasana di Pulau Rottnest, Australia Barat. Tourism Western Australia
Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

Salah satu lokasi untuk liburan romantis merayakan Valentine adalah di Perth, ibu kota Australia Barat. Hanya 4,5 jam penerbangan dari Jakarta.


Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

24 September 2017

Pemandangan dari atas bukit di Fairy Lake Leisure Farm, Taiwan. (Dewi Rina)
Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

Tak hanya mengandalkan hasil panen, petani di Taiwan juga membidik bisnis wisata dengan menyediakan penginapan dan aneka atraksi menarik.


Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

24 September 2017

Lee dan istrinya,  pemilik perkebunan Persimmon Brother Farm, Taiwan (Dewi Rina)
Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

Sejumlah lahan pertanian yang melakukan ekspansi ke bisnis wisata di Taiwan, banyak dikelola oleh generasi muda.


Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

9 September 2017

Singapore River Cruise yang memiliki panjang 5 meter dan lebar 3 meter melintasi sungai di Singapura yang tidak memiliki gelombang sehingga membuat nyaman para wisatawan. Tempo/Maria Rita
Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

Tahun ini, setidaknya ada enam sarana wisata baru yang telah dan akan diluncurkan pemerintah Singapura untuk menggaet lebih banyak wisatawan.


Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

9 September 2017

Sejumlah wisatawan asing mengunakan kinomo santai
Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

Meski Jepang terbilang sebagai destinasi wisata yang mahal, dengan perencanaan yang tepat, Anda bisa berlibur di Jepang dengan biaya hemat.


Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

5 September 2017

Ulah Manusia, Tembok Besar Cina Rusak Parah
Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

Tidak heran, bahkan untuk mencapai gerbang Tembok Besar Cina dari kota Beijing pun sudah menjadi perjuangan tersendiri. Begiu juga saat pulangnya.


Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

5 September 2017

Tembok Besar Cina
Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

Di tengah ancaman cuaca ekstrim masih banyak turis yang mengunjungi Tembok Besar Cina.


Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

9 Agustus 2017

Presiden Jokowi berpose serupa dengan patung lilin dirinya di Museum Madame Tussauds di Hong Kong, 1 Mei 2017. Kehadiran figur Jokowi di Madame Tussauds merupakan permintaan dari pengunjung dan survei yang dilakukan pihak museum.  Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

KJRI Hong Kong menyatakan jumlah pengunjung asal Indonesia meningkat.


Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

8 Juli 2017

Pemerintah Cina membangun jalan dengan lantai kaca berbentuk tapak kuda (skywalk), menjorok sejauh 27 meter dari tebing di Chongqing, di Barat Daya Cina. dailymail.co.uk
Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

Skywalk yang terdiri dari konstruksi kaca ini berada 120 meter di atas jurang yang menganga.