Pemadaman listrik di Kota Palu makin parah karena PT Pusaka Jaya Palu Power (PT PJPP) yang mengelola dua unit PLTU (Pambangkit Listrik Tenaga Uap). Daya listrik kedua PLTU tersebut turun menjadi 13 megawaat (MW) dari kapasitas terpasang 30 MW.
"Karena mengalami defisit daya sekitar 18 MW, dengan berat hati terpaksa kami kembali memberlakukan pemadaman bergilir pada siang dan malam hari," kata Boyke Sondak, Humas PT PLN Cabang Palu.
Ia menyebutkan kebutuhan daya listrik di Palu untuk 170 ribu pelanggan pada malam hari mencapai 46 MW dan siang sekitar 32 MW. Pihaknya mengupayakan lima mesin PLTD yang mengalami gangguan tersebut secepatnya beroperasi agar pasokan listrik kembali normal.
Menurut dia, tim teknisi PLN saat ini sedang memperbaiki semua mesin PLTD yang rusak dan diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama sudah beroperasi lagi.
Khusus penurunan suplai daya dari PLTU ke PLN yang kini tinggal 13 MW dari kapasitas terpasang 30 MW, Sondak mengatakan itu terkait stok batubara yang menipis lagi. Padahal, pekan lalu PT PJPP baru mendapatkan pasokan batubara sebanyak 4.000 ton dari Kalimantan Timur.
Sejumlah warga Kota Palu menilai pemadaman listrik setahun belakangan ini sudah di luar batas kewajaran. Pemadaman tersebut semakin tidak menentu sehingga merugikan usaha-usaha kecil dan juga sangat meresahkan ibu rumah tangga.
Nurmiati, salah satu pemilik salon kecantikan di bilangan Pasar Masomba, mengatakan semenjak adanya pemadaman listrik, usaha salon miliknya kian hari kian merugi. Bahkan banyak pelanggan yang tidak mau lagi melakukan perawatan kecantikan di tempatnya karena merasa terganggu dengan suara bising genset dan panas.
"Semenjak adanya pemadaman ini, usaha saya semakin hari semakin merugi. Pelanggan banyak yang hengkang tak mau mendengarkan bunyi bising genset," ujar Nurmiati.
Darlis