Pasar di kawasan tersebut rata-rata tidak ada pemisahan area (zonasi) penjualan hasil bumi. "Tidak ada zonasi antara pemotongan, penampungan dan penjualan unggas," tambah Bayu. Kondisi ini memperbesar risiko penularan virus flu burung. Diperparah pada pasar yang menjual multispesies unggas seperti bebek, angsa, dan blekok.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan ini menyatakan meski prevalensinya kecil, tapi kemungkinan penularan dari pasar sudah terbukti di Karo Sumatera Barat. Tahun 2006 silam, ayam yang dibeli dari Pasar Kabanjahe Karo menyebabkan 3 orang tewas. Bayu mengingatkan meski penularan virus flu dari pasar probabilitasnya kecil daripada peternakan di rumah-rumah, Pemerintah Daerah perlu mewaspadainya.
Mengatur pasar, diakui Bayu memang tak mudah karena menyangkut aspek ekonomi. "Harus Pemda dan Organisasi Pasar yang mengatur," harapnya. Namun bukan tak mungkin, karena Jakarta, Bayu melanjutkan, sudah jauh lebih positif kemajuan zonasi pasar.
Data Departemen Pertanian menunjukkan dari 2003-2008 telah ditemukan unggas mati sebanyak 13 juta. Area yang terinfeksi ada 31 propinsi dan 294 kabupaten dari 498 kabupaten. Hanya Propinsi Maluku Utara dan Gorontalo yang bebas.
Direktur Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian Tjeppy D. Soedjana dalam makalahnya mengungkap ada 4 kawasan yang di prioritaskan. Kawasan tersebut antara lain Jawa bagian barat (Jawa Barat, Banten dan Jakarta), Bali, regional pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogjakarta) ditambah Sumatera dan Sulawesi Selatan, terakhir kawasan dengan kejadian kecil (Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Maluku, Papua)
Dianing Sari