TEMPO Interaktif, Jakarta: Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau The United Nations World Food Programme (WFP) membutuhkan dana lebih dari US$ 100 juta (Rp 1,25 triliun) untuk melaksanakan semua program bantuan pangan selama tiga tahun ke depan di Indonesia.
Terkait kebutuhan pendanaan itu, Program Pangan tidak memiliki dana inti dari sumber manapun. Dana untuk membiayai operasi-operasi kemanusiaan itu hanya berasal dari sumbangan sukarela.
Salah satu dana sumbangan terbaru diterima dari Sindicatum Carbon Capital sebesar US$ 100 ribu. Sumbangan itu untuk mendukung proyek-proyek pangan (food-for-work projects) di Indonesia Timur.
Sindicatum Carbon adalah perusahaan global yang bergerak untuk proyek-proyek penanggulangan dan pengurangan efek gas rumah kaca atau greenhouse gas (GHG).
"Kontribusi ini adalah langkah pertama di dalam perjanjian tiga tahun antara kami dan WFP," kata Kirk Evans, CEO Sindicatum Carbon Capital Group (SCC) Asia Tenggara, dalam siaran persnya yang diterima, Rabu (26/11).
Peran khusus bantuan pangan Program Pangan adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil langkah awal keluar dari jebakan kelaparan. Makanan yang diberikan kepada orang yang tepat, pada saat yang tepat, bisa memungkinkan orang bersangkutan untuk mencurahkan waktu dan tenaga terhadap kesempatan pengembangan.
Seiring serangkaian bencana alam yang melanda Indonesia, menurut catatan Program Pangan, sekitar 750 ribu orang miskin telah menerima bantuan pangan. Lokasinya di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek), Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Program Pangan mulai beroperasi di Indonesia sejak 40 tahun lalu. Sempat menutup operasinya tahun 1996, Program Pangan balik lagi ke Indonesia menyusul kekeringan yang sangat parah, krisis ekonomi dan kekisruhan politik tahun 1998.
Harun Mahbub