“Di Daerah Istimewa Yogyakarta, ada 89 desa/kelurahan yang endemis DBD, yang paling banyak ada di kota Yogyakarta,” kata Akhmad Akhadi, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular, Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, Sabtu (10/1).
Menurut data di Dinas Kesehatan Propinsi, 89 desa/kalurahan tersebut tersebar menyeluruh di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, Sleman. Dengan rincian, di Kota Madya Yogyakarta sebanyak 45 kelurahan, Kabupaten Bantul, dari 75 desa yang ada, desa yang endemis DBD sebanyak 14 desa. Daerah yang sporadis terserang DBD (kadang endemis DBD dan terkadang tidak endemis DBD) ada 55 desa, dan yang termasuk daerah bebas DBD hanya ada enam desa.
Di Kabupaten Sleman, dari 86 desa yang ada, sebanyak 17 desa di antaranya endemis DBD, 20 desa dinyatakan daerah sporadis DBD, dan 49 desa dinyatakan daerah bebas DBD. Di Kabupaten Gunungkidul, dari 144 desa, sebanyak 11 desa dinyatakan endemis DBD, 82 desa sporadis DBD dan 132 desa dinyatakan daerah bebas DBD. Dan, di kabupaten Kulonprogo, dari 88 desa yang ada sebanyak 2 desa diantaranya dinyatakan endemis DBD, 71 desa sporadic DBD dan 15 desa dinyatakan bebas DBD.
Di sepanjang 2008, jumlah kasus DBD di DI Yogyakarta ada 1.952 kasus, dan yang meninggal dunia sebanyak 20 kasus. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan 2007 yang terdapat 2.462 kasus DBD, dan yang meninggal dunia akibat DBD ada 26 kasus.
Akhmad menambahkan, untuk menekan penyebaran DBD pada 2009, pihaknya telah menyiapkan berbagai program pelatihan tambahan dalam penanganan DBD terhadap 40 dokter Puskesmas di DI Yogyakarta, pengadaan mesin pengasapan dan insektisida, serta melakukan survey kepadatan vector (bibit penyebab nyamuk DBD) untuk mengetahui kepadatannya pada saat sebelum ada penularan dan sesudah ada penularan.
“Dinas telah menganggarkan sebesar Rp 496 juta dari APBD propinsi untuk menekan angka penderita DBD, selain itu cara paling efektif adalah dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 3M (menutup, menguras dan menimbun),” kata dia.
MUH SYAIFULLAH