TEMPO Interaktif, Jakarta: Perhelatan Australia Terbuka beberapa waktu lalu tidak hanya menyisakan prestasi yang selalu diburu penggemar tenis. Di lapangan hijau ini, selain prestasi atau gaya pemain, urusan berbusana pun menjadi hal penting yang tidak luput dari pandangan.
Sejak dekade 1980-an, tidak cuma keahlian mengembalikan bola untuk mematikan lawan yang diperhatikan penonton tenis. Gaya berpakaian para pemainnya pun selalu dinanti dan ditunggu-tunggu. Lihat saja gaya rambut punk gondrong-nya Andre Agassi, yang menjadi model rambut para remaja pada 1990-an. Lalu, gaya rok pendek melebar dan kemeja era 1980-an yang sering dikenakan oleh Martina Navratilova lebih sering dibidik para paparazzi, termasuk menjadi pembicaraan seru di ajang mode dunia.
Kemudian, di abad ke-21, dua bersaudara Williams, Serena dan Venus, menjadi pedoman baru berpakaian tenis. Pakaian warna-warni sudah dikenakan sejak mereka bermain di perhelatan Grand Slam. Sang kakak hingga kini masih dianggap sebagai trend setter bagi pengamat tenis tentang fashion di lapangan.
Silakan amati berbagai situs fashion. Seragam biru keluaran Nike yang dipakai oleh Serena di beberapa pertandingan. Atau dua jelita dari Balkan, Ana Ivanovic dan Maria Sharapova, yang masing-masing disponsori oleh Adidas dan Nike. Bahkan, Safina sudah langsung menjadi model Adidas.
Memang, bentuk kaus ketat tanpa lengan, baik berupa singlet seperti milik Safina dan Serena maupun terusan milik Ana atau Maria, bukan barang baru di lapangan hijau tenis. Sejak perhelatan tenis bergengsi, Wimbledon, digelar, bentuk ini seperti seragam bagi para pemain tenis. Mungkin baru Anne White pada 1985 yang mengembalikan bentuk "tradisional" pakaian tenis, dengan kaus berlengan panjang.
Baca Juga:
Namun, untuk model rok, belum ada perubahan signifikan, kecuali dipotong lebih pendek, sejak era 1980-an. Potongan ini juga mengikuti tren mini saat itu. Baru Maria yang berani mencoba untuk urusan padanan bawah pakaian ini, dengan memakai celana pendek. Maria juga yang meneruskan gaya maskulin Martina, dengan mengenakan "tuxedo" keluaran Nike.
Sedangkan buat Williams, untuk memanjakan selera mereka, keduanya membuat merek sendiri melalui label Aneres. Mereka bahkan mendesain sendiri baju-baju yang dikenakan. Untuk mendesainnya dilakukan oleh Serena yang kala dikontrak Nike US$ 40 juta sebagai bintangnya. "Tenis adalah olahraga primer buat wanita dan senang rasanya menjadi bintang iklan untuk (olahraga) ini," ujarnya dengan sumringah menjelang final Australian Open di Melbourne Park, 31 Januari lalu.
Kaus tanpa lengan, dengan macam-macam bentuk potongan leher v (buat Maria dan Serena) dan u (buat Ana) bisa jadi memang diperlukan untuk menambah ciamik pertandingan. Apalagi, dengan warna kulit cokelat yang terbakar selama perhelatan, menjadikan warna-warni lapangan yang hijau kontras dengan pakaian biru, merah, ataupun kuning milik para pesohor tenis itu.
Hingar-bingar warna dan bentuk pakaian ini memang menjadi sensasi baru dalam tenis. Lantaran, pengamat sepertinya tak peduli-peduli amat dengan prestasi sang petenis. Sebut saja Anna Kournikova, yang menjadi petenis dengan berita yang lebih sensasional di luar lapangan ketimbang prestasinya yang belum pernah memenangkan satu pun Grand Slam dalam kariernya. Beruntung, di Australian Open kali ini, gaya busana di lapangan hijau pun tetap menarik selain prestasi tentunya.
YOPHIANDI/HADRIANI P/berbagai sumber