"Investasinya hanya Rp 500 juta untuk sewa. Tapi hasilnya bisa dapat US$ 500 ribu (Rp 5,7 miliar). Jadi ini investasi yang bagus," ujar Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perdagangan Bachrul Chairi Jumat (27/3) lalu.
Tahun ini Indonesia berpartisipasi dalam 15 pameran luar negeri di Timur Tengah, Eropa, dan Asia. Selain itu juga terdapat sebelas pameran lain yang diorganisir oleh atase perdagangan kedutaan setempat.
Bacrul menuturkan, salah satu pameran yang rutin dihadiri yakni Tong Tong Fair di Belanda yang mampu menarik pengujung hingga 150 ribu orang dengan nilai transaksi 14.578 euro atau Rp 167 juta.
"Industri kreatif kita laku keras. Banyak industri lokal yang masuk pasar eropa melalui pameran itu," tambahnya. Meski demikian transaksi terbesar justru didapat dari pameran trade expo di Indonesia yang mencapai US$ 217 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Krisis telah membuat perusahaan semakin gencar ingin berpartisipasi dalam pameran luar negeri. "Banyak perusahaan yang mau ikut karena ingin buka pasar baru. Yang daftar 43 orang, padahal tempat hanya 16, jadi harus seleksi," kata dia. Untuk setiap pameran BPEN mampu mengundang 10 hingga 20 perusahaan.
Dihubungi terpisah Direktur Utama Salam Handicraft, Gideon Soedirgo mengatakan pameran luar negeri sangat bermanfaat untuk membuka pasar baru. "Pemerintah menjadi fasilitator untuk masuk di pasar yang sebelumnya belum kami kenal," ujar pengusaha mebel dan kaligrafi di Cirebon ini. Namun ia belum menargetkan nilai transaksi dari pameran. "Ini baru dalam tahap pengenalan produk," ujarnya.
Tahun lalu Indonesia berpartisipasi pada 19 pameran dagang internasional dengan total transaksi US$ 55,7 juta dari 311 perusahaan. Sementara itu Trade Expo Indonesia mencapai nilai transaksi US$ 217 juta dan menerima 1.189 delegasi dari 37 negara.
VENNIE MELYANI